Trik-puncak-produksi-tinggi

Minggu, 09 April 2017

CARA MENGATASI CACING PADA AYAM PETELUR


Musim penghujan sangat erat kaitanya dengan perubahan kondisi lingkungan. Suhu udara yang lembab akan meningkatkan serangan Ascaridiasis. Untuk itu sanitasi dan desinfeksi di lokasi kandang diperlukan untuk memutus rantai penularan.

MEMASUKI musim penghujan akan menyebabkan perubahan kondisi lingkungan. Perubahan yang mencolok adalah terjadinya peningkatan kelembaban. Tingginya kelembaban akan memberi peluang timbulnya penyakit akibat infestasi cacing.

Salah satu jenis penyakit cacing yang sering menyerang ayam adalah Ascaridiasis. Penyakit yang ditimbulkan oleh cacing ini berasal dari jenis Ascaridia galli. Cacing Ascaridia galli ini berbentuk gilik dan hidap pada usus halus ayam. Cacing jantan memiliki panjang 30-80 mm dengan diameter O,5-1,2 mm, sementara yang betina memiliki panjang 60-120 mm, dengan diameter 0,9 - 1,8 mm.

Ascaridia galli memiliki siklus hidup langsung. Artinya telur dikeluarkan bersama tinja dan berkembang menjadi stadium inaktif
mengandung larva stadium kedua di atas tanah dalam waktu 8-14 hari. Selanjutnya telur infektif tertelan oleh ayam dan menetas di dalam proventrikulus atau di usus halus ayam. Meski larva telur lebih banyak berada di lumen usus, namun beberapa mampu masuk menembus dinding usus.

Larva yang berada di lumen usus akan tumbuh menjadi larva stadium ke tiga pada 6 sampai 8 hari setelah telur tertelan. Selanjutnya, larva akan menjadi stadium ke empat setelah 14 hingga 15 hari setelah telur tertelan. Dan akhirnya tumbuh menjadi dewasa pada 4 sampai 7 hari kemudian.

Keberadaan cacing Ascaridia dalam tubuh ayam akan menimbulkan kerusakan saluran usus halus. Kerusakan paling parah saat cacing berimigrasi selama stadium pertumbuhan. Pasalnya, larva migrasi terjadi pada lapisan mukosa usus halus. Imbasnya akan menyebabkan perdarahan di dinding usus (enteritis hemorragika).

Berikutnya, perdarahan akan menimbulkan pembentukan lesi. Jika pembentukan lesi semakin parah akan menyebabkan penurunan kinerja saluran usus halus. Praktis, ayam yang terserang Ascridiasis akan mengalami gangguan pertumbuhan lantaran terjadi masalah pada penyerapan nutrisi di saluran usus halus.

Pada efek skunder, serangan cacing Ascaridia menyebabkan penurunan berat badan , pada layer terjadi penurunan produksi telur hingga kekebalan tubuh ayam semakin berkurang. Jika infeksi semakin berat, usus ayam dapat tersumbat oleh banyaknya populasi cacing. Pada tahap selanjutnya, ayam akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atropi tymus serta terjadi peningkatan mortalitas.

Infestasi cacing Ascaridia galli juga berpengaruh pada kadar protein darah serta mempunyai efek sinergis dengan penyakit lain seperti koksidiosis dan Infectius Bronchitis (IB). Walaupun demikian tidak semua ayam mudah terserang penyakit cacing ini.

Paling tidak, ada dua hal yang dapat mempengaruhi infestasi cacing ini. Pertama adalah umur ayam. Ayam yang berumur 3 bulan atau lebih menunjukkan adanya resistensi terhadap infestasi cacing ini. Ke dua adalah status nutrisi ayam. Ayam yang diberi pakan dengan kadar vitamin A,B komplek, kalsium dan lysin yang tinggi akan menimbulkan resistensi terhadap infestasi cacing Ascaridia galli.

Tanda klinis yang tampak oleh infestasi cacing ini adalah anemia, diare, tubuh ayam menjadi lemah dan produksi telur menurun. Diagnosa penyakit ini dilakukan melalui pemeriksaan telur cacing dari kotoran ayam ataupun pemeriksaan cacing pada usus halus saat melakukan outopsi. Sehingga, saat melakukan outopsi, pada gambaran patologi anatominya akan dijumpai enteritis hemorragika pada mukosa usus. 

Untuk pengobatan dapat menggunakan obat cacing piperazine dengan dosis 300 hingga 440 mg/kg pakan. Jika medikasi melalui air minum dapat dilakukan dengan dosis 440 mg/liter air selama 24 jam. Dan perlu diketahui kelarutan piperazine sangat baik dalam air. Keunggulan lain dari piperazine adalah memiliki rentang keamanan yang luas baik waktu henti pengobatan yang singkat dan berspektrum luas. Efek pengobatan akan maksimal bila konsetrasi piperazine yang kontak langsung dengan cacing tergolong tinggi.

Jika terdapat campuran infestasi cacing jenis Heterakis sp (cacing sekum), maka perlu ditambahkan kombinasi antara piperazine (0,11%) dan fenotiazin (0,50%-0.56%) untuk sekali pengobatan. Penggunaan dosis kombinasi dilakukan karena, piperazine kurang efektif membasmi Heterakis sp.

Selain itu dapat pula diberikan vitamin A selama 5 sampai 7 hari untuk membantu kesembuhan mukosa usus yang rusak akibat infestasi cacing.

Pengendalian infestasi cacing dapat dilakukan dengan melaksanakan manajemen yang optimal yang meliputi sanitasi, desinfeksi dan pembasmian lalat, mengingat lalat dapat menjadi vektor mekanis pada infestasi cacing ini.

Selain itu dibutuhkan juga pengobatan pencegahan , yaitu dengan memberikan obat cacing pada pullet umur 5 minggu dan di ulang dengan interval 4 minggu sampai ayam mencapai umur 21 minggu.


Sumber: Majalah poultry Indonesia
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar