SELAIN pencemaran amonia, lalat rumah (Musca Domestika L) merupakan problem bagi peternak ayam, baik broiler maupun layer. Tak jarang terjadi protes warga akibat keberadaan binatang ini. Masyarakat patut resah karena lalat rumah memang merupakan vektor penyakit, seperti poliomyelitis, cholera, anthrax, tuberculosis, entamoeba dan telur cacing (ascaris). Khabar terakhir lalat juga merupakan vektor dari penyakit Avian Influenza (AI).
Ada hubungan yang erat antara ekskreta atau feses ayam dengan populasi lalat. Feses yang kandungan nutrienya masih tinggi merupakan media bagi pertumbuhan larva-larva lalat. Serangga ini akan selalu meletakkan telurnya pada media yang tinggi nutrienya sehingga larvanya tidak mati. Lalat juga menyukai feses yang basah ketimbang yang kering.
Kotoran ayam biasanya masih mengandung protein kasar hingga 30%. Rincianya adalah 37 - 45% berupa protein murni, 28 - 55% berbentuk asam urat, 8 - 15% amonia dan 3 - 10% berupa urea. kreatin dan senyawa nitrogen yang lain. Sedangkan kandungan serat kasarnya sekitar 12% dan energi metabolismenya sebesar 1,35 kcal/gram. Perlu diketahui bahwa nutrien pakan yang tercerna hanya sekitar 70 - 80% dari total yang dikonsumsi ayam. Selebihnya keluar bersama feses. Dan jumlah Nitrogen dan asam amino pada kotoran ayam akan meningkat, seiring dengan meningkatnya umur ayam.
Tumpahan pakan merupakan hal yang cukup sulit untuk dihindari. Dan akibat tumpahan pakan yang tercampur dengan feses ini maka kotoran ayam menjadi semakin kaya akan nutrien. Semakin banyak tumpahan pakan, semakin meningkat pula produksi larva lalat. Dalam 3 hari kotoran ayam yang dicampur dengan kotoran broiler sebesar 5 -10% dan 15% jumlah larvanya masing-masing adalah 559, 852 dan 1.541 ekor. Sementara yang tanpa dicampur pakan jumlah larvanya hanya 303 ekor. Dengan tambahan pakan 5,10 dan 15% maka kadar protein kasar dalam feses masing-masing menjadi 30,65; 31,70 dan 32,75%. Sedang feses ayam tanpa penambahan pakan maka kandungan protein kasarnya hanya sebesar 29,6%. Hal itu menunjukkan bahwa lalat menyukai feses dengan kandungan protein yang tinggi. Oleh karena itu penggunaan probiotik ataupun prebiotik guna memperbaiki sistem pencernaan dan penyerapan nutrien perlu dipertimbangkan oleh peternak meskipun cukup merepotkan dalam pencampuranya.
GUNAKAN ARANG
Sebagai bahan penyerap kandungan air pada feses ternyata arang lebih baik dibandingkan dengan abu, kapur maupun zeolit. Selama 3 hari, larva yang tumbuh pada feses yang ditambah serbuk arang sebanyak 5% rata-rata hanya 100,75 ekor. Hal itu dikarenakan arang memiliki daya absorbsi yang lebih tinggi, baik pada air, senyawa organik maupun anorganik serta partikel koloid tanpa menambah nilai nutrisi pada feses. Meskipun abu dapat menyerap air, namun ternyata pertumbuhan larva lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol(feses murni), soalnya abu masih mengandung unsur mineral seperti kalium, natrium, sulfur, kalsium dan fosfor.
Lalat jantan berukuran panjang 5,8 - 6,5mm dan yang betina 6,5 - 7,5mm. Lalat betina bertelur 100 - 150 butir untuk setiap kali peneluran. Selama hidupnya yang antara 30 - 60 hari lalat betina mengalami 4 - 5 kali peneluran. Telur-telur lalat akan menetas dalam waktu 24 jam. Menjadi larva dewasa dan membentuk pupa dibutuhkan waktu 3 - 5 hari dari penetasan. Pada masa ini larva akan mati jika dipindahkan ke tempat yang tidak mengandung nutrien. Selanjutnya setelah muncul dari pupa maka lalat betina dalam waktu 36 jam sudah akan melakukan perkawinan dan mulai bertelur untuk yang pertama kalinya. Lalat betina hanya kawin sekali selama hidup dan dapat menyimpan sperma dari lalat jantan untuk proses peneluran selanjutnya. Lalat berkembang baik pada kotoran dengan kelembaban 55 - 85% dengan suhu di atas 12 derajat Celsius dan di bawah 47 derajad Celsius. Jadi perkembangan lalat dapat ditekan dengan jalan memaksimalkan penyerapan ntrien pakan oleh ayam, mengurangi tumpahan pakan dan kadar air dalam feses.
Sumber: majalah PI
Ada hubungan yang erat antara ekskreta atau feses ayam dengan populasi lalat. Feses yang kandungan nutrienya masih tinggi merupakan media bagi pertumbuhan larva-larva lalat. Serangga ini akan selalu meletakkan telurnya pada media yang tinggi nutrienya sehingga larvanya tidak mati. Lalat juga menyukai feses yang basah ketimbang yang kering.
Kotoran ayam biasanya masih mengandung protein kasar hingga 30%. Rincianya adalah 37 - 45% berupa protein murni, 28 - 55% berbentuk asam urat, 8 - 15% amonia dan 3 - 10% berupa urea. kreatin dan senyawa nitrogen yang lain. Sedangkan kandungan serat kasarnya sekitar 12% dan energi metabolismenya sebesar 1,35 kcal/gram. Perlu diketahui bahwa nutrien pakan yang tercerna hanya sekitar 70 - 80% dari total yang dikonsumsi ayam. Selebihnya keluar bersama feses. Dan jumlah Nitrogen dan asam amino pada kotoran ayam akan meningkat, seiring dengan meningkatnya umur ayam.
Tumpahan pakan merupakan hal yang cukup sulit untuk dihindari. Dan akibat tumpahan pakan yang tercampur dengan feses ini maka kotoran ayam menjadi semakin kaya akan nutrien. Semakin banyak tumpahan pakan, semakin meningkat pula produksi larva lalat. Dalam 3 hari kotoran ayam yang dicampur dengan kotoran broiler sebesar 5 -10% dan 15% jumlah larvanya masing-masing adalah 559, 852 dan 1.541 ekor. Sementara yang tanpa dicampur pakan jumlah larvanya hanya 303 ekor. Dengan tambahan pakan 5,10 dan 15% maka kadar protein kasar dalam feses masing-masing menjadi 30,65; 31,70 dan 32,75%. Sedang feses ayam tanpa penambahan pakan maka kandungan protein kasarnya hanya sebesar 29,6%. Hal itu menunjukkan bahwa lalat menyukai feses dengan kandungan protein yang tinggi. Oleh karena itu penggunaan probiotik ataupun prebiotik guna memperbaiki sistem pencernaan dan penyerapan nutrien perlu dipertimbangkan oleh peternak meskipun cukup merepotkan dalam pencampuranya.
GUNAKAN ARANG
Sebagai bahan penyerap kandungan air pada feses ternyata arang lebih baik dibandingkan dengan abu, kapur maupun zeolit. Selama 3 hari, larva yang tumbuh pada feses yang ditambah serbuk arang sebanyak 5% rata-rata hanya 100,75 ekor. Hal itu dikarenakan arang memiliki daya absorbsi yang lebih tinggi, baik pada air, senyawa organik maupun anorganik serta partikel koloid tanpa menambah nilai nutrisi pada feses. Meskipun abu dapat menyerap air, namun ternyata pertumbuhan larva lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol(feses murni), soalnya abu masih mengandung unsur mineral seperti kalium, natrium, sulfur, kalsium dan fosfor.
Lalat jantan berukuran panjang 5,8 - 6,5mm dan yang betina 6,5 - 7,5mm. Lalat betina bertelur 100 - 150 butir untuk setiap kali peneluran. Selama hidupnya yang antara 30 - 60 hari lalat betina mengalami 4 - 5 kali peneluran. Telur-telur lalat akan menetas dalam waktu 24 jam. Menjadi larva dewasa dan membentuk pupa dibutuhkan waktu 3 - 5 hari dari penetasan. Pada masa ini larva akan mati jika dipindahkan ke tempat yang tidak mengandung nutrien. Selanjutnya setelah muncul dari pupa maka lalat betina dalam waktu 36 jam sudah akan melakukan perkawinan dan mulai bertelur untuk yang pertama kalinya. Lalat betina hanya kawin sekali selama hidup dan dapat menyimpan sperma dari lalat jantan untuk proses peneluran selanjutnya. Lalat berkembang baik pada kotoran dengan kelembaban 55 - 85% dengan suhu di atas 12 derajat Celsius dan di bawah 47 derajad Celsius. Jadi perkembangan lalat dapat ditekan dengan jalan memaksimalkan penyerapan ntrien pakan oleh ayam, mengurangi tumpahan pakan dan kadar air dalam feses.
Sumber: majalah PI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar