Trik-puncak-produksi-tinggi

Minggu, 30 April 2017

ATASI SNOT DENGAN DAUN BINAHONG

Sebuah inovasi telah  dilakukan oleh peternak ayam potong, karena selalu kuwalahan dan pusing tujuh keliling apabila datang serangan penyakit snot atau coryza. Walaupun ayam tumbuh dengan baik dan cepat, tentunya memberikan harapan besar dalam waktu panen. Tetapi semua itu akan menjadi buyar jika ayamnya terkena serangan penyakit yang namanya snot atau pilek menular. Penyakit ini sangat menjengkelkan dan menghantui para peternak ayam potong. 

Berbagai upaya telah dilakukan tanpa mengenal lelah dan juga tidak mengenal putus asa dalam rangka menangkal datangnya penyakit itu dan upaya melakukan pengobatan yang bisa meraih hasil terbaik. Meski berbagai merk obat kimiawi telah dicoba dan hasilnya memang ada, namun biayanya mahal.

Akhirnya ada salah satu peternak yang mencoba pengobatan snot atau coryza dengan menggunakan tanaman herbal yaitu daun binahong. Apakah daun binahong itu?, binahong adalah jenis tanaman semak yang banyak terdapat di China. Menurut informasi kandungan utama tanaman itu didominasi oleh vitamin K, dan beberapa zat yang befungsi menyempitkan pembuluh darah kapiler dan percepatan pertumbuhan sel somatik. Tanaman herbal ini terutama daunya mampu mempercepat kesembuhan luka pada luka bekas operasi dan luka lain-lain. Selain itu dapat menyembuhkan penderita ambeien.

Cara bikin ramuan herbal daun binahong untuk obat coryza atau snot 

Untuk ayam sekitar 1.000 ekor dibutuhkan daun binahong sebanyak 0,25kg (kering), direbus dengan air kira-kira 5 liter selama 30-40 menit. Didiamkan sampai suam-suam kuku lalu dicampur dengan 5 liter air matang yang sudah dingin lalu diaduk sampai homogen dan siap diberikan ke ayam. 

Sebelumnya ayam dipuasakan kira-kira 2 jam agar kebagian rata setiap ekornya, diberikan selama 3 hari berturut-turut. Menurut pengalaman salah seorang peternak dalam waktu 3 - 4 hari setelah pemberian obat herbal ini sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan untuk kesembuhan.

Selamat mencoba, semoga berhasil.....

 

Selasa, 25 April 2017

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN AYAM

BIOGAS adalah gas yang berasal dari makhluk hidup, yaitu hewan dan tanaman. Biogas diproduksi oleh bakteri dari bahan organik di dalam kondisi hampa udara (anaerobik proses). Proses ini berlangsung selama pengolahan atau fermentasi. Gas tersebut sebagian besar berupa metan dengan rumusan molekul CH4 dan karbondioksida dengan molekul CO2.

    Campuran gas tersebut bersifat mudah terbakar jika kandungan metan lebih dari 50%. Biogas yang berasal dari kotoran ternak berisi kira-kira 60% metan. Potensi produksi gas dari suatu jenis bahan sesungguhnya cukup tinggi jika kadar bahan organiknya juga tinggi dan tingkat rasio C/N 20:1 sampai 40:1.

    Kecepatan produksi gas selanjutnya tergantung dari kondisi fisik bahan dan temperatur. Bahan kering dan berserabut lebih lama jika dibandingkan dengan bahan yang halus serta basah. Temperatur optimal pada suhu 35 derajad celsius, berkisar antara 32-37 derajad celsius. Selain itu juga tergantung dari jenis bakterinya. Kelompok bakteri yang berbeda bertugas untuk kehidupan fermentasi dalam sebuah ekosistem. Setiap jenis bakteri tergantung dengan jenis lainya. Jangka fermentasi menjadi singkat jika populasi bakteri benar-benar seimbang.

    Kadar kering (total solid=TS) lapisan yang tidak terolah, berkisar antara 7-11%. Hasil ini bisa dicapai jika kotoran padat dicampur air atau urine dengan volume yang seimbang. Proses digester yang sehat menunjukkan adanya pH 7.0 (taraf netral dari bahan).

    Bila bakteri yang menghasilkan metan telah tersedia dalam bahan, misal dari kotoran ruminansia, produksi biogas dimulai dalam waktu 3-5 hari. Pada lahan pertanian digester diisi perlahan-lahan, sementara itu penggunaanya setelah bangunan penuh terisi.

Pembuatan biogas

    1. Pembuatan biodigester 
Biodigester sering disebut bangunan biogas, yaitu sebuah tabung tertutup tempat limbah organik difermentasi, sehingga menghasilkan gas bio sebagai sumber energi disertai bahan penyubur dari limbah organik. 
Ada 3 jenis digester: Digester permanen (Fixed Dome Digester); Digester terapung (Floating Dome Digester); Digester ditutup plastik (Plastic Covered Ditch).

    2. Penempatan biodigester  
Biodigester ditempatkan dengan jarak 10 meter dari bangunan rumah dan 15 meter dari sumber air. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan keamanan. Jangan terlalu jauh karena akan memerlukan selang yang panjang. Selang yang melintasi jalan sebaiknya ditanam agar tidak mudah bocor. 
Letak biogas juga mempertimbangkan suhu optimal antara 32-37 derajad celsius. Untuk daerah panas, digester sebaiknya ditempatkan di tempat teduh, naungan pohon atau bangunan sederhana sebagai pelindung. Sedangkan untuk daerah dingin, tempatkan langsung di bawah sinar matahari sehingga terjamin suhunya. Selain itu juga sebaiknya digester ditanam dalam tanah ditutup tanah dan lapisan jerami untuk memelihara suhu.

    3. Pembuatan campuran pembangkit (starter)
Kotoran ayam tidak mengandung bakteri fermentasi seperti halnya kotoran sapi, sehingga perlu dibuatkan campuran pembangkit fermentasi dengan cara:
Campurkan 2 kg kotoran dengan 2 lt air; Aduk secara merata; tuang campuran tersebut pada jerigen  ukuran 4 lt atau lebih atau dengan botol besar asal tidak ditutup. Atur suhu pembangkit, guncang-guncangkan 3-4 kali dalam seminggu untuk mengaduk isinya; simpan selama 2 bulan, sehingga siap pakai.

    4. Pengoperasian digester   
Siapkan 3 ember limbah dan 3 ember air diaduk secara sempurna dalam drum besar. Masukkan lagi masing-masing 3 ember air dan limbah  sesuai kapasitas drum besar, aduk lagi. Tambahkan dan aduk campuran pembangkit dengan bahan yang ada pada drum besar. Tempatkan drum kecil pada drum besar dengan posisi lubang selang ada di atas, tekan hingga menyentuh dasar drum besar.
Tutup keran dalam keadaan ruang drum kecil penuh terisi oleh campuran bahan biogas, yang penting tidak ada udaranya lagi. Tunggu hingga gas terbentuk dalam drum kecil. Produksi gas terbentuk dalam waktu 3 minggu, bahkan dapat 1 bulan. Kotoran dari ternak sapi dapat lebih cepat antara 4 hari - 1 minggu.
Selama 8 minggu setengah dari gas diproduksi dalam 2-3 minggu pertama dan sisanya dalam 5-6 minggu terakhir. Jika pada akhir minggu dari waktu di atas tidak banyak gas yang diproduksi, maka unit itu harus dikosongkan dan mulailah dari awal. Bila ada masalah untuk mengawali produksi gas (misal udara terlalu dingin), maka perlu ditambah 20% kotoran pemacu yang berasal dari digester yang telah berfungsi kemudian diaduk pada saat pengisian pertama.

    Perawatan biodigester  
Jika suhu lingkungan <15 derajad celsius, maka suhu campuran limbah dalam unit biogas harus tetap dipelihara dengan cara menanam unit biogas dalam tanah. Cara lain dengan menimbuni drum unit dengan jerami atau tongkol jagung. Untuk memelihara panas juga dapat menambahkan satu bagian kotoran ayam dengan 3 bagian kotoran ruminansia (sapi).
Kemungkinan drum mengalami kebocoran, hal ini dapat dideteksi dengan menggunakan air sabun, oleskan pada tempat yang dicurigai, jika terbentuk gelembung maka bocornya di situ. Jika ada bocoran maka perlu ditambal dengan menggunakan bahan tambal yang sesuai apakah logam atau plastik.

    Pemanfaatan biogas  
Gas yang pertama kali dihasilkan merupakan campuran biogas dengan udara, sehingga dapat meledak jika kena api. Untuk itu jauhkan dan jangan dibakar atau dimanfaatkan untuk memasak. Buang gas bersama udara sampai habis, benamkan kembali drum kecil hingga dasar bak. Gas yang dihasilkan kemudian merupakan biogas yang diharap, dapat dimanfaatkan.
Biogas dari unit tersebut dapat dimanfaatkan untuk memasak; sambungkan ujung selang dengan kompor mengatur udara secara teliti. Jika udara kurang, maka akan menyala kuning; jika udara terlalu banyak, maka api akan mati; bila udara cukup, maka nyala berwarna biru, panas yang dihasilkan optimal.  

    Aliran udara sering terganggu oleh jelaga sehingga nyalanya kuning. Adanya air dalam saluran gas juga dapat menghambat aliran gas, sehingga nyala tidak tetap atau nyalanya lemah. Selain produk berupa biogas, digester juga menghasilkan pupuk yaitu bahan cair dan padat yang ada di dalam tangki/drum; pupuknya bermutu tinggi.


Sumber: Majalah PI  

Minggu, 23 April 2017

MEREDAM BAU KOTORAN AYAM DENGAN ZEOLIT

ZEOLIT adalah nama umum untuk batuan khusus yang berasal dari bahan galian, atau limbah gunung berapi. Zeolit ini berbeda-beda menurut kandunganya dan itu identik dengan tempat di mana dia digali. Di beberapa tempat, zeolit dimanfaatkan sebagai aditif pakan (feed additive) yang dianggap mampu mengurangi polusi (amonia) dan bau tidak enak dari peternakan antara lain pada peternakan babi dan ayam.
Zeolit mampu berperan sebagai penukar kation (cathion exchange) serta dengan struktur kristal yang mempunyai banyak rongga kecil, zeolit mampu menyimpan air dan kation. Kapasitas tukar kation (cathion exchange capacity) berbeda-beda untuk setiap "keluarga" zeolit. Dengan struktur seperti itu dan cairan yang ada di dalam pori-pori zeolit mudah lepas, maka zeolit mempunyai sifat menyaring sehingga dijuluki sebagai " ayakan molekuler " dan banyak digunakan untuk membersihkan air industri dan air permukaan.

Zeolit dapat menyerap zat hara dan vitamin kemudian dibawa ke saluran pencernaan untuk selanjutnya bereaksi dengan enzim-enzim pencernaan.
Pengeluaran zat-zat hara dan vitamin itu mengalami keseimbangan secara kimiawi sehingga ransum yang terpakai lebih efisien dan penggunaan ransum lebih ekonomis. Untuk sifat ini zeolit bertindak sebagai carrier (pembawa zat-zat makanan) dan kelak zat-zat makanan tersebut dilepaskan secara teratur sesuai kebutuhan yang ada sehingga dicapai keseimbangan kimiawi yang menguntungkan penampilan ternak.

Zeolit dan polusi amonia 

Karena sifatnya yang mampu sebagai penukar kation, memungkinkan zeolit untuk melakukan peningkatan secara khemis (chemical binding) terhadap amonia selama proses pencernaan sehingga akan mereduksi level dari gas merugikan (noxious gas) di dalam sistem pencernaan dan di dalam kotoran (manure).

Seperti apa aksi zeolit pada diet monogastrik dalam mengurangi polusi amonia?. Beberapa peneliti memerinci sebagai berikut :
Mengikat N dari struktur amonia dan ion amonium.
Mereduksi level dari senyawa merugikan karena aktifitas mikrobial di dalam usus halus yang merugikan ternak inang.
Kemungkinan mampu menstimulir perut dan usus halus untuk meningkatkan produksi antibodi yang secara tidak langsung menghambat datangnya penyakit.

Zeolit juga "mendongkrak" penampilan. 

Pemanfaatan zeolit sebagai aditif pakan bukan semata-mata untuk mereduksi emisi amonia tetapi juga dapat "mendongkrak" (meningkatkan) produksi. 
Penelitian yang mencoba mengetahui pengaruh pemberian zeolit sebagai aditif pakan bukan hanya dilakukan di luar negeri. Sebuah penelitian yang dilakukan di Fakultas Peternakan Universitas Udayana mencoba mengetahui pengaruh pemberian zeolit terhadap performa broiler. Didapatkan bahwa penambahan 3% zeolit ke dalam pakan, secara nyata (signifikan) mampu meningkatkan berat badan akhir,

Secara fisik, zeolit baik dimanfaatkan secara langsung ke dalam pakan sebagai free flow agent, dan juga sebagai material pengikat (binder) dalam pembuatan pellet. 
Dalam pembuatan pellet dengan sistem uap (steam pulleting) penambahan zeolit (clinoptilolite) membantu mempercepat pembuatan pellet dan meningkatkan beberapa aspek kualitas dari pellet.

Sumber : Majalah POULTRY INDONESIA 







































Sabtu, 22 April 2017

CARA MENCEGAH DAN MENGOBATI BAKTERI E. COLI

    Penyakit ini menyerang pada semua umur, tetapi pada anak ayam lebih sensitif dibanding dengan ayam dewasa. sampai saat ini walupun berbagai upaya pengobatan telah dilakukan, tetapi kasus infeksi E.coli pada ayam baik ayam pedaging maupun ayam petelur masih banyak terjadi.

    Kasus penyakit yang disebabkan bakteri E.coli biasanya merupakan infeksi yang terlokalisir pada organ tertentu atau atau bersifat septicaemia yang dapat menyerang sebagian atau keseluruhan organ tubuh seperti radang kantung udara yang sering bersama infeksi mycoplasma yang disebut CRD (Chronic Respiratory Disease), radang persendian (osteomyelitis), radang di bawah kulit (selulitis), radang tali pusat (omphalitis), radang selaput otak (meningitis), radang bola mata (phanopthalmitis) dan kantung kuning telur (yolk sac infection).

    septicaemia yang akut biasanya terjadi pada ayam dara atau dewasa, penyakitnya menyerupai fowl typhoid dan fowl cholera.
Dalam kondisi tubuh masih kelihatan sehat, kuman E.coli memasuki pembuluh darah melalui jaringan organ yang terluka dari usus atau saluran pernafasan. Lesi yang tipikal yaitu hati berwarna hijau, kadang dijumpai banyak bintik-bintik kecil pucat pada permukaan hati, dan linfa membesar. Jika kondisi berlanjut, karena kuman menyerang lapisan endotel pembuluh darah, maka terjadi peningkatan cairan tubuh yang berakumulasi pada rongga perut. Jika ayamnya bertahan hidup biasanya komplikasi dengan penyakit pernafasan seperti Mycoplasma gallisepticum (MG), klinis terjadi lapisan fibrin yang purulen pada permukaan jantung, hati, peritoneum dan kantung membran udara. Pada kondisi seperti ini kuman E.coli dapat diisolasi dari darah, hati atau jaringan visera.

Pencegahan terhadap infeksi E.coli

    Pencegahan penyakit yang disebabkan bakteri E.coli pada ternak ayam dapat dilakukan dengan bermacam-macan cara, antara lain :

Dengan mengumpulkan telur dari kandang lebih sering agar tidak terkontaminasi kotoran ayam.
Membersihkan telur yang telah dikumpulkan tiap 2-3 hari dengan desinfektan atau fumigasi, apabila ada telur yang pecah segera disingkirkan.
Perendaman telur berembrio umur 1 hari dengan antibiotika.
Sanitasi inkubator dan mesin tetas(hatcher) dilakukan secara berkala, ventilasi inkubator dan hatcher harus tetap terjaga baik.
Anak ayam yang terinfeksi E.coli harus diafkir.
Program pencegahan anak ayam umur di bawah 1 minggu dengan antibiotik perlu dilakukan.
Kualitas litter harus tetap terjaga kering dengan cara pergantian pada saat tertentu agar tidak bau amonia.
Ventilasi dan jarak perkandangan harus dijaga sesuai dengan aturan.
Biosekuriti harus dilakukan  dan diterapkan sesuai prosedur.

Pengobatan

    Kuman E.coli kebanyakan  sensitif/peka terhadap beberapa antibiotika seperti kelompok aminoglukosida, polipeptida, tetrasiklin, sulfonamida dan quinolon. Sekalipun demikian, jika setelah diobati tidak terjadi perubahan, maka perlu uji sensitivitas, karena telah banyak dilaporkan bahwa banyak serotipe E.coli yang sudah resisten terhadap beberapa jenis antibiotika.

Jumat, 21 April 2017

PENYEBAB KOTORAN AYAM BASAH

    KOTORAN basah yang timbul pada ayam petelur disebabkan oleh dua faktor yaitu nutrisi dan agen infeksi.

    Konsumsi garam potassium, magnesium, sulfat, sodium, dan chloridnya terlalu tinggi (melalui air maupun pakan) dapat menyebabkan kotoran basah. Oleh sebab itu, harap dicek keberadaan garam tersebut -terutama untuk kandungan sodium dan chlorid di atas 3000 mg/-. Hal ini dimungkinkan akibat kesalahan mencampur, walaupun kondisi ini sangat jarang terjadi, sehingga garam yang diberikan berlebihan. 

    Yang paling sering adalah karena air yang digunakan mengandung magnesium dan sulfat dalam jumlah yang berlebihan, oleh sebab itu perlu dilakukan pengecekan air secara berkala terhadap 2 garam tersebut. Selain itu hindarkan penggunaan pakan yang sudah tengik (kualitas lemak rendah), atau bahan baku pakan yang mengandung wheat, barley, dan gaplek.

    Beberapa penyakit juga bisa menyebabkan kotoran basah, karena agen penyakit yang merusak organ pencernaan biasanya akan menampakkan gejala ini. Selain itu, ketika ayam sakit nafsu makan turun dan terus-menerus minum, kondisi ini akan meningkatkan kandungan air pada feses.

    Untuk mengatasi masalah ini, sebaiknya diarahkan untuk menemukan penyebabnya terlebih dulu. Kalau penyebabnya karena kandungan air yang mengandung terlalu banyak garam, maka langkah yang diambil adalah memperbaiki kualitas sumber air. Sedangkan untuk mengatasi penggunaan bahan baku -penyebab kotoran basah, dapat digunakan enzim yang sesuai dengan bahan baku tersebut. Kalau penyebabnya adalah penyakit, maka upaya yang harus dilakukan adalah melakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut. Untuk itu, silahkan konsultasi dengan dokter hewan.

Kamis, 20 April 2017

PENYEBAB KULIT TELUR TIPIS




Kalsium memainkan peranan yang penting dalam berbagai fungsi metabolisme, salah satunya adalah pembentukan kerabang.

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas kulit telur yang dihasilkan oleh induk ayam. Selain umur, strain genetik ayam, nutrisi dan lingkungan juga mempengaruhi. Strain genetik ayam secara langsung berpengaruh pada ukuran telur dan kualitas kulit telur. Induk petelur mempunyai keterbatasan fisiologis terhadap penyerapan kalsium tanpa melihat apakah telur yang diproduksi besar atau sedang. Semakin banyak dan besar telur yang dihasilkan, semakin banyak dibutuhkan kalsium. Setiap induk mempunyai keterbatasan yang berbeda-beda dalam menyerap kalsium karena selain untuk tulang, kulit telur juga sangat memerlukan mineral ini.

    Nutrisi utama yang dibutuhkan untuk pembentukan kerabang telur adalah kalsium, diikuti dengan beberapa bahan lain seperti vitamin D, pospor dan seng.

Kalsium

    Kalsium adalah mineral terbanyak yang ditemukan dalam tubuh hewan dan sekitar 99% dari jumlah tersebut ditemukan di tulang. Kalsium memainkan peranan yang penting dalam berbagai fungsi metabolisme. Beberapa fungsi penting tersebut antara lain:

  1. Penting dalam pembentukan tulang.
  2. Dibutuhkan untuk efisiensi pakan.
  3. Penting untuk pembentukan kulit telur.
  4. Diperlukan dalam pembekuan darah normal.
  5. Konstraksi otot, jantung dan otot polos lainya.
  6. Transmisi simpul syaraf.
  7. Mengatur denyut jantung.
  8. Aktivator atau stabilisator dari enzim.
  9. Terlibat dalam sekresi beberapa hormon.

    Kalsium diserap dari usus melalui mekanisme transpor aktif dengan bantuan vitamin D. Sebagaimana diketahui bahwa fungsi vitamin D dalam penyerapan kalsium melalui ikatan yang disebut " calcium binding protein " atau " calbindin ". Kalsium juga diserap dalam jumlah kecil melalui difusi ion pasif. 

    Penelitian menunjukkan bahwa penyerapan kalsium pada hewan yang umurnya semakin tua akan semakin menurun.

Penyebab utama

    Kalsium adalah mineral utama yang terdapat dalam kulit telur. Apabila dalam pakan tidak cukup tersedia, induk ayam tidak memiliki bahan bahan baku yang diperlukan untuk membuat kerabang telur tersebut. Dari penelitian diketahui bahwa pakan yang kurang kandungan kalsium, pospor dan vitamin D3-nya akan menimbulkan masalah kerabang telur tipis. Kekurangan kalsium juga sering terlihat saat cuaca panas. Stress karena panas dapat berperan sebagai titik kritis dalam kualitas kerabang. Ayam yang megap-megap atau (panting) karena kepanasan, menyebabkan metabolisme acidosis dan waktu untuk kalsifikasi kerabang telur lebih pendek. Hal ini diperparah dengan kehilangan cairan tubuh beserta elektrolitnya sehingga kalsium yang ada  dalam tubuh ayam sangat sedikit.

    Oleh karena itu asupan kalsium terutama untuk ayam yang sedang bertelur sangatlah penting. Selain itu penambahan kalsium dalam ransum ayam dua minggu sebelum bertelur juga penting, karena pada saat itu pullet sedang membangun jaringan tulang untuk kelak membuat kerabang telur. Defisiensi kalsium dapat menimbulkan masalah pembentukan tulang, penurunan produksi telur dan kerabang telur tipis. Pemberian vitamin dan elektrolit saat cuaca panas akan sangat membantu ayam dalam menyeimbangkan kembali metabolismenya seperti semula.

    Sementara untuk konsumsi pakan ayam juga dipengaruhi oleh suhu, umur, dan ketersediaan air. Untuk itu perlu diperhatikan dari awal pemeliharaan ayam untuk senantiasa memberikan nutrisi yang baik, vitamin dan mineral serta suasana yang nyaman bagi ayam agar dapat berproduksi dengan baik.


Sumber : majalah PI     

Rabu, 19 April 2017

YANG HARUS DIPERHATIKAN PETERNAK BIBIT BROILER

PERFORMA bibit broiler sangat dipengaruhi oleh tingkah lakunya. Perlakuan yang tidak tepat dapat berpengaruh buruk. Harus diperhatikan misalnya , ayam tidak bisa masuk sarang bertelur, kawin dan makan dalam waktu yang bersamaan, tanpa memandang potensi genetik ayam. Dengan demikian untuk memperoleh performa yang optimal, seorang pembibit harus memahami dasar-dasar tingkah laku ayam yang terwujut dalam jadwal harianya.

    Ayam bibit broiler tidak melakukan aktifitasnya selama sehari secara acak. Mereka memiliki jadwal yang meliputi aspek-aspek bertelur dan kawin, dan kita harus memperhatikanya melalui praktek manajemen kita.

Bertelur
    Aktifitas bertelur dimulai sekitar 1 jam setelah cahaya keluar di pagi hari dan sebagian besar telur diproduksi selama 6 jam. Ini berarti bahwa selama 6 jam seluruh ayam harus memiliki akses ke tempat bertelur.

    Seekor bibit broiler seringkali menempati sarang telurnya selama 45 menit untuk bertelur dimana 20-25 menit untuk persiapan bertelur dan 20-25 menit  sisanya untuk menikmati hasilnya. Pada kondisi yang hangat, bisa jadi ayam menempati sarangnya lebih lama .

    Jika kita mempertimbangkan fakta bahwa tidak semua ayam bertelur setiap hari dan tidak semua sarang ditempati sepanjang waktu, kita bisa menghitung sedikitnya 1 jam penggunaan sarang untuk setiap telur yang dihasilkan selama periode 6 jam. Ini berarti pada puncak produksi, diperlukan 1 sarang per 5-6 ekor ayam bibit.

    Masing-masing ayam akan menempati lebar 15 cm di sarang, berarti sekitar 6 ekor ayam per meter sarang. Dan jika setiap tempat dipakai selama 1 jam, maka kita bisa menempatkan 35-40 ekor ayam per meter selama 6 jam periode bertelur. Menempatkan lebih banyak ayam ajan menjadi kontra produktif, karena akan menyulitkan beberapa ayam mencari tempat kosong.

Kawin
    Kawin merupakan saat kunci dari jadwal harian yam bibit, terjadi terutama selama 4 jam terakhir masa terang. Jika kawin terjadi di siang hari , telur yang dihasilkan akan mengganggu perilaku kawin, dan telur yang keluar akan menghalangi semen yang masuk.

    Ayam jantan paling aktif pada saat ini, sehingga kita harus menarik ayam betina ke area mengais pada saat yang sama. Kita juga harus memperhatikan perilaku kawin pejantan untuk memastikan mereka tidak terlalu agresif atau terlalu jinak.

Feeding & drinking
    Dengan 5-7 jam pertama dan 4 jam terakhir dari 16 jam masa terang, maka sisa 5-6 jam untuk makan dan minum.

    Jika kita menyediakan pakan selama waktu bertelur atau waktu kawin, berarti kita meminta ayam untuk memilih antara tetap lapar dan bersarang atau kawin, atau untuk makan dengan resiko ayam bertelur di lantai atau menolak kawin. Dan beberapa ayam akan memilih makan.

    Ayam membutuhkan 2 jam untuk makan, dan 4 jam untuk minum bergantung pada flok  dan sistem pemberian pakan. Artinya, kita harus mulai memberikan pakan dan air 7-8 jam setelah masa terang, untuk menghindari konflik dengan perilaku bertelur dan kawin.

    Keuntungan lain dari pemberian pakan setelah bertelur adalah kalsium di dalam pakan menjadi tersedia saat pembentukan cangkang telur, terutama pada malam hari.

    Namun demikian jika kita memberikan pakan 7-8 jam setelah masa terang, proses pencernaan akan terjadi selama periode paling panas. Ini tidak menjadi masalah di iklim subtropis. Tetapi produksi panas yang bersamaan dengan proses pencernaan bisa menyebabkan masalah pada ayam di iklim panas sehingga untuk memastikan pemberian pakan tidak merusak jadwal bertelur, kita harus menggantinya dengan memberi pakan seawal mungkin.

    Dengan memahami tingkah laku ayam dan memenuhi kebutuhanya, kita menjadi yakin bahwa ayam kita membuat pilihan yang terbaik untuk keuntungan kita.     


Sumber: Majalah PI 

Selasa, 18 April 2017

CARA MEMELIHARA AYAM DI MUSIM PENGHUJAN

PADA umumnya beternak ayam di musim hujan lebih riskan. Ini dihubungkan dengan kondisi curah hujan yang tinggi, intensitas cahaya matahari yang menurun sehingga akan menyebabkan kelembaban meningkat dan temperatur rendah, aliran udara sangat cepat dan kualitas air menurun. Kondisi ini menyebabkan jumlah dan jenis penyakit meningkat, ternak rentan terhadap penyakit, pertumbuhan lambat dan keseragaman rendah serta kegagalan vaksinasi.

    Oleh sebab itu, perlu dilakukan persiapan khusus untuk mengantisipasi musim hujan ini dimulai saat persiapan kandang, dan perubahan manajemen yang dilakukan sejak chick in.

    Pada saat persiapan kandang perhatikan hal-hal berikut:
memperbaiki atap kandang dan gudang pakan yang bocor, tirai dan lantai kandang yang berlubang. Kemudian bersihkan pemanas, regulator, selang serta tempat pakan dan minum, dan sanitasi kandang secara menyeluruh. jangan lupa juga menyiapkan kaporit dan tambahan lampu.

    Selanjutnya ketika chick in kondisikan agar brooding/indukan dalam kondisi yang ideal, antara lain: 500 ekor DOC, bentuk lingkaran, diameter 3,25m, feeder tray 10 buah, 6 bell drinker, lampu 60 watt, dan pasang termometer di setiap brooder.

    Setelah itu, terapkan manajemen berikut dengan disiplin, yaitu:

  • Pakan dan minum harus berikan segera
  • Jangan memakai box DOC  sebagai tempat pakan lebih dari 3 hari
  • Pantau kondisi sekam, agar suhunya sekitar 32 derajad C, dan ganti yang basah
  • Pantau suhu setiap 2 jam/saat kondisi tertentu
  • Nyalakan brooding saat ayam kedinginan/ayam bergerombol
  • Perpanjanglah periode brooding 

    Setelah hal tersebut di atas, ada hal yang tidak boleh dilupakan yaitu perketat biosekuriti (misal: bak celup kaki) sebagai bagian utama dalam mencegah penyakit masuk ke kandang.

Senin, 17 April 2017

CARA TEPAT MEMILIH DESINFEKTAN DAN PENGGUNAANNNYA

Ada beragam jenis dan merek desinfektan yang beradar di pasaran, sehingga peternak dituntut untuk cermat dalam memilihnya. 
Peling tidak ada 10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal yaitu diantaranya:

  1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar.
  2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban.
  3. Tidak toksik pada hewan dan manusia.
  4. Tidak bersifat korosif.
  5. Tiadak berwarna dan meninggalkan noda.
  6. Tidak berbau atau baunya disukai.
  7. Bersifat mudah diurai.
  8. Larutan stabil.
  9. Mudah digunakan dan ekonomis.
  10. Aktivitasnya berspektrum luas.

   Yang perlu diingat, tidak ada desinfektan yang bekerja dengan baik pada permukaan yang kotor. Untuk itu, sebelum melakukan desinfeksi lakukan dulu tiga langkah penting:

1. Harus dibasuh dengan air, dengan tujuan untuk melarutkan matriks protein. Kotoran di permukaan harus dihilangkan dengan cara digosok maupun disapu dan disemprot dengan air. Penggunaan air panas lebih efektif  dibandingkan dengan air dingin.

2. Diberi sabun atau deterjen, dengan tujuan untuk melarutkan matriks lemak.

3. Semprot atau cuci dengan desinfektan.

Namun, harus diperhatikan interaksi antara desinfektan dengan deterjen. Apa bila tidak cocok, maka sebaiknya deterjen pada permukaan dibilas air sampai bersih  baru kemudian desinfektan dapat digunakan.

   Efektifitas desinfektan juga tidak selalu sesuai dengan yang tertera pada label produk.
Keampuhan desinfektan depengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
  • Konsentrasi desinfektan,
  • Suhu lingkungan,
  • PH,
  • Bahan organik yang ada,
  • Kesadahan air.

Konsentrasi desinfektan kerap diabaikan. Pada hal, jika konsentrasi dikurangi hingga setengahnya misalnya, waktu untuk membunuh mikroba akan meningkat. Bahan organik juga sering dilupakan. 
Bahan organik seperti darah, serum, feses, tanah, sisa pakan dan lain-lain harus dibersihkan, karena dapat menurunkan aktifitas desinfektan sebagai akibat dari reaksi kimia antara desinfektan dan bahan organik.

Minggu, 16 April 2017

JANGAN SEMBARANGAN MEMBERIKAN ANTIBIOTIK PADA AYAM


Add caption
Ada sebuah pertanyaan dari seorang peternak, " Mengapa ayam saya tidak bisa sembuh, pada hal sudah diberi obat sesuai dengan penyakit yang diderita?"

Dari pengalaman lapangan, umumnya peternak punya kebiasaan menggunakan antibiotika dengan taget bakteri yang tidak jelas. Sebagai contoh, pada kasus pengobatan terhadap bakteri gram positif, tidak perlu menggunakan antibiotik broad spectrum. Dengan demikian bakteri yang lain, yang bukan target pengobatan tidak akan terganggu, sehingga munculnya resistensi bakteri lain dapat dicegah. Di lain pihak, ketidakmampuan melakukan diagnosa secara tepat dan minimnya pengetahuan peternak tentang antibiotika mengakibatkan penggunaan antibiotika menjadi serampangan.

Perlu diingat, bila kita menggunakan antibiotika broad spectrum, populasi bakteri dalam suatu lingkungan peternakan tidak akan hilang sama sekali, dan setiap kita menggunakan antibiotika berarti menginduksi bakteri yang ada dengan antibiotika tersebut. Apalagi, populasi bakteri dalam tubuh ternak, khusunya dalam saluran pernafasan dan pencernaan sangatlah beragam, sehingga pada penggunaan antibiotika broad spectrum akan banyak sekali populasi bakteri yang akan terinduksi.

Oleh sebab itu, sangat penting untuk menggunakan antibiotika sesuai dengan bakteri yang dikontrol, sehingga tidak akan menginduksi bakteri yang lain. Disamping itu, diagnosis, dosis serta lamanya pengobatan yang tepat akan sangat membantu untuk mengurangi kejadian resistensi. 

NGOROK PADA AYAM BROILER MODERN

NGOROK pada ayam bukanlah suatu penyakit, namun merupakan suatu gejala klinis dari penyakit yang menyerang saluran pernafasan ayam. Ini bisa disebabkan oleh agen bakterial, viral, juga fisik seperti udara yang berdebu, perubahan cuaca, amonia dan lain-lain.

    Beberapa penyakit infeksius yang mempunyai manifestasi klinis gangguan pernafasan diantaranya adalah: CRD, ILT, Coryza, ND, IB, SHS, AI. Penyakit gangguan pernafasan ini sering terjadi pada ayam broiler, terutama ayam yang dipelihara di kandang postal. Kejadian dipicu oleh banyak hal, baik dari dalam tubuh ayam sendiri maupun dari faktor lingkungan. Adanya ketidakseimbangan antara kondisi ayam dan lingkungan tersebut merupakan penyebab utamanya. Dan faktor yang terlibat tidak berdiri sendiri, selalu bersama-sama.

    Ayam broiler secara genetik mempunyai kemampuan tumbuh lebih cepat dibanding ayam type lain. Pertumbuhan badan yang cepat tidak sebanding dengan perkembangan organ vital dalam ayam yaitu jantung dan paru-parunya. Sehingga kedua organ ini sangat rentan terhadap gangguan baik dari dalam maupun dari luar. Untuk menunjang pertumbuhan badan ayam, paru-paru dipaksa bekerja keras menyuplai oksigen untuk metabolisme tubuh, juga jantung dipacu untuk mengalirkan darah yang akan membawa oksigen tersebut ke seluruh tubuh.

    Oksigen merupakan komponen penting dalam metabolisme tubuh ayam. Zat ini didapat dari udara bebas lewat saluran pernafasan ayam atas. Udara masuk tubuh ayam melaluhi hidung  kemudian masuk ke trakhea dan selanjutnya menuju ke bronkhi dan bronkhioli di paru-paru. Dari sini oksigen akan dihembuskan ke dalam kantong udara yang ada di rongga tubuh ayam, dan di tubuh ayam ada 8 buah kantong udara.

    Kemudian udara akan dikeluarkan dengan jalan didorong dari kantong udara tersebut ke bronkhioli, bronkhi dan trakhea. Saluran pernafasan ayam secara alami dilengkapi dengan petahanan mekanik. Permukaanya dilapisi oleh mukosa dan terdapat silia (bulu-bulu getar) serta mukus yang berfungsi menyaring udara yang masuk. Di saluran pernafasan atas ini partikel yang besarnya lebih dari 4 mikron akan didorong keluar oleh silia dan mukus yang ada. Di saluran pernafasan atas selain mengalami penyaringan udara, juga mengalami penghangatan. Dan berikutnya di saluran pernafasan bawah terjadi lagi penyortiran partikel yang lebih kecil.

    Kandang ayam sistem postal yang memakai sekam atau serutan kayu sebagai litternya, tingkat kepadatan ayam, kelembaban dan temperatur kandang, ventilasi kandang akan mempengaruhi kualitas udara di dalam kandang. Banyaknya partikel debu di udara akan memberatkan kerja saluran pernafasan. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan intake air minum ayam dan menyebabkan kotoran menjadi lebih encer (wet dropping). Dan di Indonesia ini kelembaban cukup tinggi, sehingga litter menjadi basah dan kadar amonia di dalam kandang menjadi tinggi.

    Amonia yang terhirup akan mengiritasi saluran pernafasan ayam, dan menyapu silia di mukosanya. Sel-sel yang ada di permukaan saluran pernafasan  menjadi rusak, sehingga mekanisme awal pertahanan tubuh menjadi terganggu. Agen penyakit baik bakteri maupun virus yang terbawa udara akan mudah sekali menempel di saluran pernafasan karena sistem pertahanan mekanik tidak berfungsi optimal. Di tempat ini agen tersebut akan berkembang biak, dan akhirnya akan menimbulkan kerusakan lebih parah.

    Demikian halnya dengan pemberian vaksin ND/IB live yang aplikasinya lewat tetes mata, hidung atau spray. Virus akan berada di sepanjang saluran pernafasan ayam dan akan merangsang kekebalan seluler di daerah tersebut. Pada kondisi normal reaksi post-vaksinasi tidak akan berat, namun karena saluran pernafasan terluka  maka reaksi yang akan terjadi akan berlebih. Dan kemudian timbulah keradangan sebagai reaksinya, ini merupakan mekanisme tubuh untuk menghancurkan material asing yang masuk ke dalam tubuh. Adanya perlukaan di daerah saluran pernafasan menyebabkan ayam ngorok dan batuk.

    Mycoplasma gallisepticum merupakan mikroorganisme yang sering terdapat di saluran pernafasan ayam. Agen ini menempel di mukosa saluran pernafasan dan merusak selnya. Adanya kuman ini akan memicu terjadinya reaksi radang dan aliran darah ke daerah tersebut menjadi meningkat. Kuman akan ikut aliran darah dan menuju ke kantong udara terlihat berkabut dan menebal.

    Jika mycoplasma berperan sendiri dan ayam dalam kondisi baik, gejala klinis tidak terlihat, dan jika adapun manifestasinya hanya ringan saja. Namun karena adanya faktor lain seperti debu yang berlebih, kadar amonia yang tinggi saluran pernafasan akan teriritasi.

    Selain itu perubahan cuaca, perlakuan ayam yang berlebih, dan adanya agen pemicu virus ND, IB baik dari lapangan ataupun virus vaksin akan meningkatkan keparahan gangguan saluran pernafasan. Adanya faktor immunosupresi seperti mikotoksin dalam pakan, vaksinasi IBD yang tidak tepat akan memperburuk keadaan. Karena adanya luka, penebalan dan peradangan di mukosa saluran pernafasan tersebut ayam menjadi ngorok dan batuk.

    Gabungan beberapa agen tersebut di atas akan menyebabkan Chronic Respiratory Disease (CRD). Ayam tampak batuk, ngorok, bersin, keluar leleran dari mata dan hidung. Pada pemeriksaan bedah bangkai trakhea terlihat memerah, kantung udara keruh, menebal dan kadang terlihat berbusa. Jika bakteri oportunis E.colli ikut campur, keadaan terlihat lebih parah, munculah Chronic Respiratory Disease Complex. Kantung udara menebal dan terdapat massa mengkeju di daerah itu, juga di daerah rongga perut. Jantung dan hati akan diselimuti oleh selaput berwarna putih kekuningan.

    Selain itu kadar oksigen yang rendah akan memacu jantung bekerja lebih keras dan sebagai hasilnya akan timbul penumpukan cairan plasma di dalam rongga perut ayam, dan terjadilah ascites. Proses pengeluaran panas tubuh ayam juga menjadi terganggu karena salah satu caranya dengan evaporasi lewat mulut. Ayam bertahan sampai masa panen, kualitas karkasnya jadi menurun, dan beberapa organ tubuhnya musti banyak yang dibuang karena tidak layak dikonsumsi.

    Vaksinasi IBD yang menggunakan strain virus vaksin yang virulen (vaksin intermediet plus/hot) bisa mengganggu sistem kekebalan ayam. Strain virus vaksin ini akan menimbulkan kerusakan bursa fabricius. Di organ inilah sel-sel yang berfungsi untuk pertahanan tubuh (sel limfosit B) diproduksi. Jika pabriknya rusak maka jumlah sel limfosit yang ada di tubuh akan berkurang dan fungsinya menjadi tidak optimal dalam sistem kekebalan tubuh. Pada akhirnya respon vaksinasi menjadi tidak optimal dan ayam menjadi lebih peka terhadap virus ND dan IBD.

Penanganan dan Pencegahan Gangguan Pernafasan Ayam

Penanganan
    Untuk menangani gangguan pernafasan ayam, perlu dicari akar permasalahanya terlebih dahulu. Pemberian antibiotik tidak akan memberikan hasil jika penyebab utamanya tidak kita tangani. Jika kondisi lingkungan jelek perlu diperbaiki disamping pemberian obat. Kualitas udara yang jelek perlu koreksi di ventilasi udaranya, sehingga udara menjadi lebih bersih. Kelembaban yang rendah (<50%) menyebabkan udara berdebu, perlu dilakukan spray air. Kelembaban yang ideal untuk hidup ayam 50 - 70%. Pemasangan fan/kipas jika memungkinkan perlu dilakukan, litter basah dan lembab perlu diganti dengan yang baru. Dan pembalikan litter secara rutin perlu dilakukan untuk mengurangi kadar amonia dalam kandang. 

    Pemberian antibiotik akan mengatasi infeksi bakteri yang ada, dan tentunya akan menekan populasi E.colli dan streptococcus dll, di tubuh ayam. Pemberian multivitamin terutama yang mengandung vitamin C dan A, serta pemberian pakan yang berkualitas baik dengan nutrisi seimbang akan membantu mempercepat kesembuhan jaringan mukosa yang rusak.

Pencegahan 
1. Penerapan manajemen pemeliharaan yang baik.
  • Pemilihan kandang yang baik (lebih bagus kandang panggung) dan berventilasi lancar.
  • Pola pemeliharaan all in all out.
  • Jika memakai kandang postal, gunakan litter yang mudah menyerap air dan jaga agar selalu kering, perlu dilakukan pembalikan secara rutin, hindari pemilihan litter yang partikelnya kecil (serbuk gergaji).
  • Pemasangan fan pada sistem kandang terbuka, akan membantu pertukaran udara di kandang.
  • Kepadatan ayam diatur tidak terlalu tinggi 8 - 10 ekor/m2 untuk kandang postal/panggung sistem terbuka, jika sistem closed house (tunnel atau coolingpad) kepadatan bisa 15 ekor/m2.
  • Temperatur kandang yang optimal 21 - 27 derajad Celsius dan kelembaban 50 - 70%.
  • Pakan yang diberikan harus segar dan mengandung nutrisi seimbang dan hindari kontaminasi mikotoksin pada pakan karena toksin ini bersifat immunosupresif.
  • Ketersediaan air minum yang bersih di kandang.

2. Penerapan manajemen kesehatan.
  • Dilakukan program biosecurity secara ketat diantaranya dengan penyemprotan desinfektan secara rutin, untuk menekan populasi organisme pathogen di kandang dan lingkungan.
  • Kontrol terhadap vektor penyakit seperti rodensia dan serangga.
  • Program vaksinasi yang tepat untuk farm yang tepat.
  • Pelaksanaan vaksinasi yang benar dan meminimalisir reaksi post-vaksinasi yang dilakukan dengan jalan pemilihan strain virus vaksin yang cocok (gunakan strain virus vaksin yang ringan/sedang untuk mengendalikan virus lemah, dan strain yang keras/virulen hanya dipakai jika tantangan di daerah tersebut tinggi), aplikasi vaksin yang benar dan tepat (spray akan lebih keras reaksi post-vaksinasinya dibanding tetes mata atau lewat air minum) dan vaksinasi dilakukan hanya pada saat ayam kondisi sehat.
  • Dilakukan monitoring vaksinasi dengan melihat titer antibodinya.
  • Pencegahan masuknya penyakit immunosupresif terutama IBD, dengan jalan pemilihan strain vaksin yang tidak merusak kekebalan ayam dan waktu aplikasi vaksin yang tepat dengan mengetahui titer maternal antibodinya terlebih dahulu.
  • Kontrol terhadap M.gallisepticum dan E.colli dengan pemberian antibiotik yang cocok dan dosis tepat terutama di awal-awal kehidupan ayam dan saat ayam mendapat stress berat.
  • Treatment air misal dengan klorin akan menekan populasi E.colli dalam air minum.
  • Pemberian multivitamin secara rutin, terutama vitamin A dan C untuk menjaga mukosa saluran pernafasan ayam.

 

Sabtu, 15 April 2017

CARA BENAR MEMELIHARA AYAM DI DAEARH TROPIS

Mengakali Lingkungan Tropis

Stress panas diketahui sebagai penyebab gangguan produksi pada ayam. Dengan kondisi iklim tropis seperti di Indonesia, para pebisnis peternakan ayam harus memperhatikan beberapa hal yang harus diperhatikan.

   Pemilihan lokasi kandang(untuk kandang terbuka), sebelum membangun sebaiknya melihat kondisi lingkungan terlebih dahulu. Karena pemilihan lokasi kandang yang tepat akan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. Bayangkan bila anda sudah terlanjur membangun kandang di lokasi yang sangat panas, tidak ada aliran angin, kelembaban tinggi, dan mungkin banyak masalah lainya. Tentunya hanya penyesalan yang anda dapatkan. Oleh sebab itu, lokasi kandang yang dipilih hendaknya mempertimbangkan masalah seperti ini:

  • Lakukan survay lokasi kandang yang memadai (lakukan berkali-kali secara acak) dan gunakan alat yang memadahi (minimal mengetahui suhu maksimum dan minimum, kecepatan udara dan kelembaban) agar hasilnya akurat.
  • Setelah anda yakin tempat itu cocok untuk dibangun kandang, maka pertimbangan selanjutnya adalah konstruksi kandang. Posisi kandang harus dibuat memanjang dari timur ke barat, untuk mengakali panas dari sinar matahari secara langsung.
  • Selain itu, hindari kondisi sekitar kandang yang dapat menghalangi angin berhembus ke dalam kandang, misal pepohonan yang lebat di sekitar kandang.
  • Untuk mengatasi angin mati yang sewaktu-waktu dapat terjadi, atau untuk mengatasi suhu yang terlalu tinggi, perlu dipasangi kipas angin di dalam kandang.
  • Dalam operasional sehari-hari anda harus jeli terhadap perubahan suhu yang terjadi di dalam kandang. Untuk itu selayaknya anda memiliki alat untuk mengecek kondisi lingkungan seperti higroanemometer.
  • Setiap perubahan lingkungan harus diatasi dengan tepat, dengan demikian ayam akan berada dalam kondisi yang nyaman untuk berkembang dan berproduksi.

 
 

 

Jumat, 14 April 2017

CARA CERDAS MENGURANGI POPULASI LALAT DI KANDANG AYAM

SELAIN pencemaran amonia, lalat rumah (Musca Domestika L) merupakan problem bagi peternak ayam, baik broiler maupun layer. Tak jarang terjadi protes warga akibat keberadaan binatang ini. Masyarakat patut resah karena lalat rumah memang merupakan vektor penyakit, seperti poliomyelitis, cholera, anthrax, tuberculosis, entamoeba dan telur cacing (ascaris). Khabar terakhir lalat juga merupakan vektor dari penyakit Avian Influenza (AI).

Ada hubungan yang erat antara ekskreta atau feses ayam dengan populasi lalat. Feses yang kandungan nutrienya masih tinggi merupakan media bagi pertumbuhan larva-larva lalat. Serangga ini akan selalu meletakkan telurnya pada media yang tinggi nutrienya sehingga larvanya tidak mati. Lalat juga menyukai feses yang basah ketimbang yang kering.

Kotoran ayam biasanya masih mengandung protein kasar hingga 30%. Rincianya adalah 37 - 45% berupa protein murni, 28 - 55% berbentuk asam urat, 8 - 15% amonia dan 3 - 10% berupa urea. kreatin dan senyawa nitrogen yang lain. Sedangkan kandungan serat kasarnya sekitar 12% dan energi metabolismenya sebesar 1,35 kcal/gram. Perlu diketahui bahwa  nutrien pakan yang tercerna hanya sekitar 70 - 80% dari total yang dikonsumsi ayam. Selebihnya keluar bersama feses. Dan jumlah Nitrogen dan asam amino pada kotoran ayam akan meningkat, seiring dengan meningkatnya umur ayam.

Tumpahan pakan merupakan hal yang cukup sulit untuk dihindari. Dan akibat tumpahan pakan yang tercampur dengan feses ini maka kotoran ayam menjadi semakin kaya akan nutrien. Semakin banyak tumpahan pakan, semakin meningkat pula produksi larva lalat. Dalam 3 hari kotoran ayam yang dicampur dengan kotoran broiler sebesar 5 -10% dan 15% jumlah larvanya masing-masing adalah 559, 852 dan 1.541 ekor. Sementara yang tanpa dicampur pakan jumlah larvanya hanya 303 ekor. Dengan tambahan pakan 5,10 dan 15% maka kadar protein kasar dalam feses masing-masing menjadi 30,65; 31,70 dan 32,75%. Sedang feses ayam tanpa penambahan pakan maka kandungan protein kasarnya  hanya sebesar 29,6%. Hal itu menunjukkan bahwa  lalat menyukai feses dengan kandungan protein yang tinggi. Oleh karena itu penggunaan probiotik  ataupun prebiotik guna memperbaiki sistem pencernaan dan penyerapan nutrien perlu dipertimbangkan oleh peternak  meskipun cukup merepotkan dalam pencampuranya.

GUNAKAN ARANG 

Sebagai bahan penyerap kandungan air pada feses ternyata arang lebih baik dibandingkan dengan abu, kapur maupun zeolit. Selama 3 hari,  larva yang tumbuh pada feses yang ditambah serbuk arang sebanyak 5% rata-rata hanya 100,75 ekor. Hal itu dikarenakan arang memiliki daya absorbsi yang lebih tinggi, baik pada air, senyawa organik maupun anorganik serta partikel koloid tanpa menambah nilai nutrisi pada feses. Meskipun abu dapat menyerap air, namun ternyata pertumbuhan larva lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol(feses murni), soalnya abu masih mengandung unsur mineral seperti kalium, natrium, sulfur, kalsium dan fosfor.

Lalat jantan berukuran panjang 5,8 - 6,5mm dan yang betina 6,5 - 7,5mm. Lalat betina bertelur 100 - 150 butir untuk setiap kali peneluran. Selama hidupnya yang antara 30 - 60 hari lalat betina mengalami 4 - 5 kali peneluran. Telur-telur lalat akan menetas dalam waktu 24 jam. Menjadi larva dewasa dan membentuk pupa dibutuhkan waktu 3 - 5 hari dari penetasan. Pada masa ini larva akan mati jika dipindahkan ke tempat yang tidak mengandung nutrien. Selanjutnya setelah muncul dari pupa maka lalat betina dalam waktu 36 jam sudah akan melakukan perkawinan dan mulai bertelur untuk yang pertama kalinya. Lalat betina hanya kawin sekali selama hidup dan dapat menyimpan sperma dari lalat jantan untuk proses peneluran selanjutnya. Lalat berkembang baik pada kotoran dengan kelembaban 55 - 85% dengan suhu di atas 12 derajat Celsius dan di bawah 47 derajad Celsius. Jadi perkembangan lalat dapat ditekan dengan jalan memaksimalkan penyerapan ntrien pakan oleh ayam, mengurangi tumpahan pakan dan kadar air dalam feses.

Sumber: majalah PI

Kamis, 13 April 2017

PENYAKIT GUMBORO BIKIN KERUGIAN PETERNAK SEMAKIN BENGKAK

Tidak banyak penyakit pada unggas yang mempunyai ciri khusus (patognomonis) yang bisa dijadikan patokan dalam menentukan diagnosis, salah satu dari yang tidak banyak itu adalah penyakit gomboro atau Infectious Bursal Disease.
CIRI KHUSUS dari penyakit ini adalah adanya pembengkakan pada organ bursa fabricius, jika sudah terkena penyakit ini, kemungkinan besar peternak mengalami kerugian besar, karena penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Sehingga kerugian bisnis yang dialami peternak semakin bengkak.
Penyakit gumboro ini disebabkan oleh virus kelompok RNA dari famili Bimaviridae. Kelompok virus famili ini memiliki asam nukleat beruntai ganda dengan dua segmen yang berbeda, serta tidak beramplop.
Terdapat dua serotype virus IBD:
  • Serotype 1 bersifat patogenik (ganas) pada unggas.
  • Serotype 2 tidak patogenik dan tidak ditemukan pada ayam dan kalkun.
 Virus IBD strain ganas telah ditemukan di Asia termasuk Indonesia. Keberadaan penyakit ini baik pada ayam pedaging maupun petelur telah menyebabkan kerugian yang sangat besar, kerugian tersebut karena IBD bersifat akut dengan angka sakit mencapai 10-90%, sedang tingkat kematian mecapai 5-50%. Jika terjadi infeksi skunder, maka tingkat kematian akan lebih tinggi.

Waspada penularan Gumboro
Virus penyebab penyakit ini bersifat sangat menular, resisten di dalam lingkungan kandang. Kandang yang pernah ditempati oleh positif gumboro, akan tetap infeksius untuk ayam lain, selama 54-122 hari setelah ayam sakit, dikeluarkan dari kandang tersebut.
Sedang sisi pakan, air minum serta kotoran yang berasal dari kandang itu, masih bersifat infeksius selama 52 hari.
Penularan penyakit IBD terjadi secara horisontal melaluhi kontak langsung antara ayam sakit dengan ayam yang sehat dalam satu kandang. Virus IBD dapat ditemukan di dalam leleran tubuh dan kotoran ayam yang terinfeksi, maka penularanya dapat terjadi secara langsung melaluhi kontak antara ayam yang sakit dengan ayam yang peka.
Disamping itu penularan juga bisa terjadi secara tidak langsung melaluhi pakan, minuman, peralatan kandang, alat transportasi atau pekerja yang tercemar virus IBD.
Penularan juga dapat terjadi melaluhi udara yang tercemar debu atau partikel yang mengandung virus gumboro.
Virus gumboro disekeresikan melaluhi feses 24-48 jam setelah ayam terinfeksi.
Virus penyakit gumboro menginfeksi ayam secara peroral (melaluhi mulut) ikut bersama pakan atau air minum yang telah tercemar virus kemudian menuju saluran pencernaan. Disaluran pencernaan virus menginfeksi makrofaq dan sel limfosit dari deudenum, jejenum dan sekum dalam waktu 4-5 jam setelah infeksi.
Setelah 5 jam virus akan mencapai hati melaluhi vena porta dan mengakibatkan viremia primer. Dalam kurun waktu kurang lebih 11 jam setelah infeksi, virus dapat ditemukan pada sel limfoid bursa, namun virus tidak ditemukan pada sel limfoid jaringan lain. Virus yang telah dilepaskan dari jaringan bursa akan menyebabkan terjadinya viremia sekunder yang ditandai dengan mulai ditemukanya virus pada beberapa jaringan lain seperti pada lien, timus dan bursa.
Lingkungan mikro pada bursa fabrisius yang mendukung berpengaruh positif bagi replikasi virus karena tersedianya sel-sel yang permisif dalam jumlah yang besar. Replikasi virus IBD dalam bursa fabrisius mengakibatkan kerusakan sel-sel calon pembentuk anti bodi. Akibatnya terjadi penekanan respon immun humorial preimer yang berat pada ayam. Pengaruh immunosupresi tersebut menyebabkan ayam lebih peka terhadap berbagai infeksi, kurang memberikan respon terhadap vaksinasi. Sifat immunosupresi ini juga telah dilaporkan oleh beberapa peneliti pada penggunaan vaksin IBD aktif. Kejadian tersebut kemungkinan disebabkan oleh karena proses atenuasi secara sempurna virus penyakit IBD pada pembuatan vaksin aktif sangat sulit dilakukan.
Infeksi yang besifat mematikan biasanya terjadi pada umur 3-6 minggu pada saat bursa fabrisius mencapai perkembangan maksimum. ayam pedaging yang berumur 4 minggu bersifat lebih peka terhadap penyakit IBD dibandingkan dengan ayam pedaging umur 3 dan 5 minggu. 
Pada anak ayam umur 2 minggu infeksi virus IBD akan bersifat subklinis.

Gejala penyakit gumboro pada ayam yang berumur 3-6 minggu diantaranya terjadi diare, berak berwarana putih seperti pasta, ayam sering mematuk dubur sendiri, dan mengantuk. Selain itu terjadi pembengkakan di bursa fabrisius yang bentuknya bisa mencapai 2-3 kali bentuk normal dan terjadi penurunan tingkat kekebalan. Jika organ bursa disayat, akan tampak pendarahan. Pada kasus kronis, justru bursa mengecil, jika disayat, dapat ditemui cairan di antara lipatan bursa.

Sedang pada kasus sangat akut, di lapangan sering terjadi perdarahan di bagian paha dan otot bagian dada. Namun perdarahan tersebut bukan ciri spesifik karena pada kasus malaria unggas juga dapat ditemukan luka mirip dengan luka pada gumboro, serta terdapat sambungan antara pangkal saluran pencernaan dengan ampela. Pembengkakan bagian ginjal merupakan gejala lain dari penyakit ini.

Beberapa penyakit yang mempunyai gejala sangat mirip dengan gumboro diantaranya : New Castle Disease, Coccidiosis, stunting syndrome, Chicken Infectious Anemia, mikotoksikosis, Infectious Bronchitis yang neprophatogenik. Penegakan diagnosa bisa dilakukan dengan pemeriksaan Phatologi  Anatomi (PA) terdapat perubahan phatologik yang terjadi pada ayam, yakni perubahan patognomonis dari penyakit ini adalah adanya perubahan pada organ bursa fabrisius. Pemeriksaan PA dilanjutkan pemeriksaan histopatologi. Diagnosa IBD dengan histopatologi berdasarkan adanya temuan lesi-lesi pada bursa fabrisius. Dapat juga dengan melakukan uji serologi seperti ELIZA (Enzyme Linked Imunosorbent Assay), AGPT ( Agar Gell Preciptation Test ), uji netralisasi. 

Pencegahan bisa dilakukan dengan cara memberikan vaksinasi gumboro dimulai dari ayam induk  dengan menggunakan vaksin hidup  yang diikuti dengan vaksin mati sebagai penguat. Vaksinasi pada ayam breeding ketika masa pertumbuhan dan dewasa bisa meningkatkan sistem kekebalan induk pada anak ayam. Di sisi lain seringkali terjadi kasus bahwa vaksin dapat mengakibatkan kerusakan pada bursa dan melemahkan sistem kekebalan ayam. Vaksinasi pada ayam petelur dan pedaging umumnya menggunakan vaksin hidup strain lemah (mild) atau sedang (intermediate).


Sumber: PI