Trik-puncak-produksi-tinggi

Selasa, 30 Mei 2017

CARA MEMBUAT AYAM MAU MAKAN

     TATALAKSANA pemberian pakan di daerah panas, idealnya menganut prinsip pemberian pakan tepat disaat ayam mau makan, dan jangan memberikan pakan ketika ayam tidak berhasrat ingin makan. 

     Suhu di Indonesia secara umum di siang hari mampu mencapai 35 - 38 derajad celsius, sedang malam hari tidak lebih dari 20 derajad celsius. Sementara nafsu makan ayam berbanding terbalik dengan suhu. Pada saat dingin, nafsu makan ayam lebih tinggi dibandingkan saat suhu panas.

     Ironisnya tatalaksana pemberian pakan yang selama ini sering dilakukan sebagian peternak justru kebalikan kondisi tersebut. Ayam dibiarkan makan pada saat suhu panas. Terkadang diberi air supaya basah dengan tujuan meningkatkan feed intake harian. Secara tidak sadar hal ini melawan perilaku ayam itu sendiri dan ddapat berakibat fatal bagi ayam sebagai mesin pencetak keuntungan.

Saat-saat tepat ayam mau makan

     Pada jam 00.00 s/ 05.00 nafsu makan ayam dalam keadaan nol karena lampu masih padam dan mulai dinyalakan jam 05.00 pagi hari. Pada pukul 21.00 s/d 00.00 nafsu makan ayam juga dalam posisi nol karena lampu penerangan biasanya dinyalakan pada jam 18.00 dan dimatikan jam 21.00. Pertanyaanya adalah, sudahkah kita memberi pakan atau pakan tersedia pada waktu pukul 04.00 s/d 07.00 pagi hari dan pukul 17.00 s/d 21.00 ?. Jika belum maka sebenarnya ayam tersiksa di dalam kandang, karena dia ingin makan tetapi tidak ada pakan yang tersedia dalam tempat pakan. Sebaliknya pada saat pukul 11.00 s/d 15.00 ketika ayam tidak ingin makan justru sering kita ratakan pakan atau bahkan diberi air untuk memacu nfsu makan ayam.
Secara tidak sadar kita telah memaksa ayam untuk makan sesuai perlakuan kita. Dampaknya, akan tercipta panas tubuh di dalam dirinya setelah dia makan yang terakumulasi dengan cekaman panas yang diterima karena faktor luar. 

     Alhasil, ayam berusaha menyeimbangkan suhu tubuh dengan cara panting maupun memperluas permukaan sentuh tubuh ayam  dengan udara luar yang ditandai dengan memperbanyak konsumsi minum, terengah-engah, dan sayap dibuat seolah-olah tergantung. Kondisi ekstrem panas yang muncul dapat berakibat kematian terutama pada ayam gemuk. Apabila dilakukan pemeriksaan anatomi maka akan ditemukan lemak pada rongga perut sampai leher ayam.

     Strategi lainya, pemberian pakan dengan porsi lebih banyak pada sopre hari dan dimulai ketika suhu lingkunga sudah nyaman untuk ayam (misal jam 16.00) dibandingkan dengan porsi pagi hari. Contoh riil pola pemberian pakan 65% saat sore hari dan 35% saat pagi hari. Pakan harus selalu tersedia di malam hari ketika ayam ingin makan dan subuh ketika lampu telah nyala. Sementara saat siang hari jam 11.00 s/d jam 16.00 ayam akan puasa dan terkurangi deplesi karena cekaman panas.

Keuntungan pola pemberian pakan seperti di atas adalah :

  1. Ayam akan berkurang kematianya, karena faktor cekaman panas dari dalam tubuh ayam dikurangi, ayam akan makan sesuai dengan nafsu makan yang terjadi di alam bebas.
  2. Mereduksi penumpukan pekerjaan karyawan di pagi hari, yaitu saat dia melakukan pemungutan telur - kurang lebih 89% ayam akan bertelur sebelum jam 12.00, pembersihan tempat pakan, tempat minum dan pemberian pakan. Jika porsi pagi hari dikurangi maka anak kandang bisa lebih berkosentrasi kepada pemungutan hasil utama produksi yang berupa telur.
  3. Lebih cepat mendiaknosa penyakit, karena pakan habis pada saat kurang lebih pukul 11.00.  Pakan yang tidak habis merupakan indikator pertama ayam sakit.
  4. Ayam tidak akan melakukan " selektif feeding" karena dia makan sesuai keinginanya sehingga ayam akan selalu berusaha makan secepatnya. Kondisi ini akan meningkatkan konsumsi pakan ayam yang selama ini merupakan kendala utama konsumsi di daerah panas. Dengan ayam tidak melakukan pemilihan bahan pakan maka pakan jadi lengkap akan masuk secara menyeluruh nutrisinya sehingga benar-benar seimbang.
  5. Kualitas kerabang menjadi lebih kuat. Sebagian besar unsur kalsium yang ada di pakan terserap oleh ayam. Kalsium digunakan untuk pembentukan kerabang pada saat sore hari sampai pagi hari.
  6. Kematian ayam karena osteoporosis atau kekurangan kalsium yang menyebabkan kelumpuhan, berkurang secara nyata. Karena tercukupinya kebutuhan kalsium  dan tidak menggerogoti cadangan kalsium di paha atau medulla bone yang berpengaruh terhadap motorik ayam.
  7. Berat telur akan semakin tinggi karena semua unsur yang terkandung dalam pakan sebagian besar digunakan sesuai dengan kebutuhanya dan tidak ada yang digunakan menyimpang dari fungsinya yaitu untuk kebutuhan produksi telur, hidup pokok dan melawan hawa dingin pada malam hari.
  8. Pola pemberian pakan tersebut akan semakin memperbaiki feed Conversi Ratio karena akan lebih meningkatkan produksi terutama egg mass telur (kg/1000 ekor).


Dengan demikian standard produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan pembibitan bukan merupakan mimpi lagi antara lain angka eggmass per HH 60, produksi sebesar 22,91 kg, FCR Kumulatif 2,1 dan deplesi 6%.

Selamat mencoba dan semoga sukses...........

Minggu, 28 Mei 2017

DOC OKE, UNTUNGNYA GEDHE....



Masa pertumbuhan di awal sangat menentukan masa remaja dan kelanjutanya

Bobot Awal, Parameter Utama
     Bobot DOC kerap kali menjadi parameter utama kualitas. Kriteria ini sangat berpengaruh terhadap bobot akhir broiler. Setiap selisih satu gram, potensial menurunkan bobot panen (pada 35 hari) sebesar 80 gram. Hitungan matematis jika memiliki 10.000 ekor broiler umur produksi, maka akan kehilangan peluang pemasukan sebesar 800.000 gram bobot broiler, sebanding dengan 800 kg broiler. Jika dirupiahkan dengan harga ayam ex farm Rp 18.000/kg saja maka nominal Rp 14.400.000 - bisa melayang, ini jika satu gram saja.

     Diusahakan berat DOC 40 gram lebih, jika kurang dari 35 gram, kualitasnya kurang bagus dan cenderung tidak seragam, bahkan yang bagus (platinum) beratnya lebih dari 45 gram/ekor. Sementara angka yang distandardkan SNI, bobot per ekor DOC layerminimal 33 gram, sedangkan broiler minimal 37 gram/ekor

Sesuai dengan judul " DOC Oke, Untung Gedhe", secara fisik kondisi awal DOC berpengaruh pada perkembangan ayam. Ibarat bayi, masa pertumbuhan di awal sangat menentukan masa remaja dan kelanjutanya. Untuk DOC yang normal SNI mensyaratkan secara fisik DOC harus memiliki bulu yang kering dan berkembang, warna bulu DOC harus seragam sesuai warna galur (strain), sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, paruh normal, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak ada cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering dan pusar tertutup. Sedangkan jaminan kematian dipatok maksimal 2%. 

     Di lapangan kondisi DOC yang baik dapat diamati dari ciri-ciri yang dimunculkan, antara lain :

  • Ukuran tubuhnya relatif seragam.
  • Mempunyai sisik kaki berwarna kuning cerah dan tidak kering. Otot dada berisi dan kulit dapat bergerak secara leluasa jika dicubit(tidak lengket dengan otot).
  • Pusarnya kering dan tertutup dengan baik.
  • Tidak ada cacat atau abnormalitas fisik.
  • Tidak ada sisa kuning telur atau membran yang sudah kering di sekitar umbikulus (tali pusar).
  • Badan atau tubuh kelihatan kompak, padat, sintal/tidak lembek.
  • DOC kelihatan lincah dan ada respon terhadap suara dan tepukan tangan.
  • DOC tidak kelihatan stress, panting/kepanasan, megap-megap.
  • DOC tidak kelihatan dehidrasi, bisa diketahui dengan mengecek kulit, apabila kelihatan sangat longgar berarti dehidrasi.
  • Paruh kelihatan bagus, kokoh dan kuat.



Penanganan DOC saat tiba

     Penanganan DOC saat tiba di farm menjadi point penting kalau tidak dikatakan titik kritis yang harus mendapatkan perhatian. Tujuanya selain mewaspadai adanya kualitas yang dibawah standard, penanganan dan pengecekan awal, langkah ini penting dalam membantu DOC beradaptasi dengan lingkungan barunya.

     Saat DOC datang, 95% persiapan harus sudah selesai dilakukan. Persiapan ini minimal mencakup tempat minum, tempat pakan, planning penimbangan, penghangat, juga mental anak kandang. Saat DOC datang secepatnya box segera dibuka kemudian ditimbang, dihitung bahkan ada yang langsung divaksin terus dimasukkan ke brooder secara pelan-pelan.

CARA JITU MENINGKATKAN KEBERHASILAN BUDIDAYA AYAM POTONG

Teknik pemisahan jantan dan betina di level budidaya diyakini mampu mendukung optimalisasi performa broiler modern

     Salah satu terobosan terbaru yang dapat dilaksanakan pada peternakan ayam broiler guna mendapatkan hasil performa yang lebih optimal adalah tindakan sexing atau pemisahan jantan dan betina. 

     Sexing dapat dilaksanakan sejak masih berada di hatchery ataupun setelah sampai di dalam farm. Prinsip dasar dari perlakuan ini adalah :

  1. Perbedaan pertumbuhan ADG,FCR serta perkembangan fisiologis antara jantan dan betina.
  2. Grading, pengelompokan ayam berdasarkan uniformity (keseragaman) bobot ayam yang bersangkutan dalam satu kelompok ayam.
     Ayam yang dalam pemeliharaanya terpisah antara jantan dan betina akan memberikan beberapa keuntungan positif dan bisa menghasilkan performa yang optimal antara lain :

  • Mempermudah penanganan karena ayam dalam satu kelompok sudah seragam (uniformity baik), baik penanganan suportif maupun penanganan manajemen yang lain. Sebagai contoh, perlunya tambahan perlakuan asam amino tertentu pada sekatan betina guna mendapatkan pertambahan bobot badan yang lebih baik.
  • Mempermudah penanganan saat panen, karena ukuran relatif seragam.Selain itu dapat mengeluarkan ayam-ayam yang pertumbuhan ADG nya relatif lebih rendah terlebih dahulu, sehingga sisa ayam yang ditinggalkan akan menghasilkan ADG yang optimal, dengan efisiensi penggunaan pakan yang optimal juga.
  • Meminimalkan terjadinya persaingan yang tidak seimbang dalam satu kelompok. Bobot badan yang tidak seragam, tentu saja tingkat kebutuhan asupan pakannya juga berbeda. Semakin besar bobot ayamnya tentu saja kebutuhan asupan makannya juga semakin banyak.
Uji Coba Performa

     Untuk membuktikan hal ini telah dilakukan percobaan di salah satu farm dengan populasi total 16.000 ekor, yang terdiri dari 2 kandang. Sejak awal memang dirancang untuk mengamati perbedaan performa antara kelompok jantan dan betina dengan memisahkan perlakuan pemeliharaan antara kelompok jantan dan kelompok betina.

     Masing-masing kandang terdapat kelompok jantan dan kelompok betina dalam jumlah yang hampir berimbang dan terbatasi dengan sekat. 

     Setiap harinya dilakukan pengamatan dan perhitungan konsumsi harian (daily feed intake). Setiap minggunya dilakukan penimbangan bobot badan dan penghitungan FCR . Hal ini terus dilakukan hingga akhir pemeliharaan.

     Pada minggu pertama bobot badan antara jantan dan betina, perbedaannya tidak terlalu signifikan. Bobot jantan pada minggu pertama mencapai 213 gram, dengan feed intake mingguan 162 gram/ekor, sehingga FCR yang dihasilkan adalah 0,76. Ayam betina pada minggu pertama menghasilkan bobot badan rata-rata 208 gram, dengan feed intake komulatif 163 gram/ekor, sehingga FCR yang dihasilkan adalah 0,785. 

     Perbedaan yang cukup signifikan mulai terlihat setelah penimbangan minggu ketiga. Pada kelompok ayam jantan bobot rata-rata 1,05 kg dengan FCR 1,229. Sedangkan kelompok betina menghasilkan bobot ayam rata-rata 0,94 kg, dan FCR nya 1,302. Hal ini terus berlanjut pada minggu ke-4 pada kelompok jantan bobot rata-rata 1,66 kg dan FCR 1,431. Pada kelompok betina bobot rata-rata 1,480 kg dan FCR 1,481.

     Dari data di atas terlihat jelas bahwa setelah akhir minggu ke-3 Pertambahan Berat Hidup Harian (ADG) ayam betina jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan ayam jantan. Pada hal dengan asupan feed intake yang tidak terlalu berbeda, sehingga FCR yang dihasilkan kelompok betina juga jauh lebih besar bila dibandingkan FCR kelompok jantan.

     Pada kelompok jantan di umur 35,4 hari, bobot badanya 2,428 kg, dengan FCR 1,597, mortalitas 5,748 % sehingga broiler indek yang dicapai 404,78. Pada kelompok betina dengan mortalitas 3,425 %, bobot badan rata-rata 1,567 kg dan FCR 1,686 pada umur 29,73 hari. Sehingga Broiler Index yang dihasilkan mencapai 301,77. Umur pada kelompok betina rata-rata 29,73 hari, hal ini sengaja dilakukan karena dilakukan penjualan lebih cepat dengan mempertimbangkan potensi kenaikan ADG yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok jantan.

Demikian semoga bermanfaat para sahabat peternak...........

Jumat, 26 Mei 2017

BUDIDAYA BROILER DI IKLIM TROPIS

     Tingginya temperatur udara di Indonesia yang beriklim tropis tak jarang masih menjadi kendala dalam usaha peternakan. Hal ini sering terjadi terutama di daerah dataran rendah dan saat pada musim kemarau. Pada musim pancaroba, secara umum temperatur di berbagai tempat relatif tinggi. Temperatur pada siang hari di atas 34 derajad celsius, bahkan di daerah tertentu bisa mencapai di atas 38 derajad celsius.

     Pada peternakan ayam, kondisi ini dapat mengakibatkan ayam menjadi stress (heat stress) dan panting, dehidrasi, laju pertumbuhan terhambat dan pada temperatur 30 derajad celsius tingkat konsumsi pakan menurun yang berakibat pada peningkatan konsumsi air minum. Ekstrimnya, pada temperatur 35 derajad celsius ayam broiler yang dipelihara bisa mati dan lebih dari 38 derajad celsius sudah pada kondisi yang cukup berbahaya karena ayam yang mati mulai banyak.

Rekayasa Kandang
     Kondisi alam yang demikian tentu bukanlah suatu kendala yang membuat kita menyerah begitu saja. Bagaimana kita "mengakali" alam jadi kuncinya. Dalam hal perkandangan misalnya. Banyak bentuk kandang yang bisa dipakai untuk mengatasi temperatur tinggi maupun perbedaan temperatur yang ekstrim siang dan malam, baik dengan konstruksi kandang yang sederhana maupun yang modern.

     Bentuk kandang yang dapat digunakan untuk memelihara ayam broiler komersial bisa berupa kandang panggung, kandang postal (sistem litter) atau kandang closed house yang bisa diatur ventilasi udaranya. Kandang panggung merupakan bentuk kandang yang banyak dibangun untuk mengatasi temperatur yang panas. Kandang ini cocok untuk beternak ayam broiler komersial di daerah dataran rendah atau daerah berawa. Keunggulanya udara bisa masuk dan keluar melalui ventilasi dari arah bawah dan samping kandang. Karena itu, pergerakan (sirkulasi) udara di dalam kandang menjadi baik. Akibatnya temperatur di dalam kandang relatif lebih rendah dan ayam lebih nyaman. Kandang panggung cocok dibangun di daerah yang permukaan tanahnya bergelombang dan daerah yang masih rawan binatang buas.

                                                                                Hingga kini beberapa peternak masih ada yang merasa nyaman dan cocok dengan kandang sistem postal meski ada kelemahan dibeberapa sisi. Sirkulasi udara di dalam kandang postal kurang baik karena ventilasi kurang berfungsi. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan jika kita memelihara ayam di kandang sistem postal, yaitu :


  1. Atap kandang harus menggunakan monitor agar sirkulasi udara lebih baik serta panas dan gas beracun bisa keluar dari kandang.
  2. Bahan penutup atap kandang terbuat dari rumbia, genteng, kayu, galvanis atau asbes karena bahan ini bisa menyerap panas.
  3. Kandang dibangun di lahan yang terbuka sehingga udara bisa masuk secara lancar ke dalam kandang.
  4. Lebar kandang maksimum 7 meter. Hal ini bertujuan agar pergantian aliran udara berjalan cepat sehingga tidak terjadi penumpukan udara panas di dalam kandang.
  5. Tinggi kandang (diukur dari lantai sampai garis atap terendah) minimal 2,5 meter. Namun, tinggi kandang di daerah yang memiliki musim kemarau yang lebih panjang sebaiknya 3 meter agar tidak terjadi penumpukan panas dan gas beracun yang dihasilkan oleh ayam.  
  6. Bahan baku bangunan dan konstruksi kandang harus disesuaikan dengan kekuatan kandang yang diinginkan , ketersediaan bahan baku, dan harga bahan baku. Konstruksi kandang biasanya terbuat dari kayu atau besi.
  7. Lantai kandang sebaiknya terbuat dari semen, tujuanya agar mudah dibersihkan dan mempermudah proses sanitasi.
  8. Arah kandang harus diperhatikan agar sinar matahari tidak masuk langsung ke dalam kandang, dan angin dapat masuk langsung ke dalam kandang.
  9. Kepadatan ayam harus lebih longgar dibandingkan ayam yang dipelihara di kandang panggung (luasan 1 m2 untuk 6 - 7 ekor).

     Kandang type closed house (tertutup) bisa dikatakan sebagai kandang yang paling ideal untuk daerah tropis. Keadaan di dalam kandang ini tidak terlalu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan luar seperti udara panas, hujan, angin dan intensitas sinar matahari. Beberapa keuntungan kandang tertutup antara lain dapat ayam lebih tenang, segar, dan nyaman, udara yang tersedia lebih baik, meningkatkan produktifitas dan pertumbuhan, mengurangi jumlah tenaga kerja, temperatur di dalam kandang lebih dingin dan ayam tidak terpengaruh cuaca di luar kandang.

Penghijauan Sekitar Kandang
     Menanam pohon di sekitar kandang bisa berfungsi untuk menyerap radiasi sinar matahari dan meneduhkan lingkungan. Keadaan ini secara langsung akan berpengaruh terhadap keadaan udara di dalam kandang. Udara di dalam kandang menjadi lebih segar dan relatif lebih dingin. Jarak penanaman pohon dari kandang adalah 10 meter. Hal ini bertujuan agar udara yang mengalir ke dalam kandang terlebih dahulu tersaring oleh pohon. Selain itu, temperatur udara panas  sudah terserap pohon sehingga udara panas yang mengalir ke kandang lebih rendah. Selain pepohonan besar rumput dan tanaman pendek di sekitar kandang dapat juga dijadikan sarana untuk menangkap panas yang dikeluarkan oleh sinar matahari. Panas langsung diserap oleh rumput, tidak dipantulkan lagi ke udara bebas.

Jangan lupa baca artikel yang lain.........


                                                                                              

Kamis, 18 Mei 2017

ALASAN MEMILIH PROBIOTIK DARI PADA ANTIBIOTIK

 Probiotik (Bacillus sp) sebagai feed additif dapat menggantikan Antibiotik Growth Promotor (AGP) pada ternak unggas komersial. Produktifitas ditingkatkan 10% melalui perbaikan konversi pakan dan menekan angka kematian .


     Diperkirakan penggunaan antibiotik dibidang peternakan adalah sebagai AGP. Diasumsikan dengan menekan populasi mikroba dalam usus terbak, AGP akan memacu pertumbuhan dan produksi, tetapi penggunaan AGP ini menurut para ahli gizi akan berpotensi menimbulkan efek negatif pada manusia sebagai pihak yang mengkonsumsi produk ternak. Karena AGP akan ikut terserap bersama nutrien dan tertimbun dalam daging serta telur, sehingga secara tidak langsung konsumen juga mengkonsumsi antibiotik dalam kondisi berkelamjutan akibatnya akan memicu berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Hal ini merupakan alasan semakin ketatnya regulasi penggunaan antibiotik sebagai AGP dan diperkirakan penggunaan di masa datang akan dilarang secara menyeluruh.

Probiotik substitusi AGP
     Probiotik merupakan alternatif yang dapat digunakan peternak untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan AGP. Sejak 1908 penggunaan mikroba sebagai probiotik telah diperkenalkan oleh Metschnikoff. Probiotik diberikan sebagai feed additif untuk menggantikan AGP. Secara definisi probiotik merupakan kumpulan mikroba menguntungkan berupa asam organik yang memberikan dampak seminimal mungkin tanpa menurunkan kinerja ternak. 

     Dalam usus unggas ditemukan beberapa mikroba yang menguntungkan yang dapat diisolasi dan diperbanyak, kemudian diintroduksi kembali kedalam sistem pencernaan serta dipakai sebagai probiotik, diantaranya Lactobacillus acidophilus, L. casei, L. lactis, Aspergillus oryzae, Saccharomyses cerevisiae, Streptococcus faenicum.  Probiotik pada unggas menguntungkan, karena menjaga keseimbangan mikroba dalam sistem pencernaan. Probiotik berperan penting dalam meningkatkan kemampuan mencerna pakan, efisiensi produksi dan kesehatan produk yang dihasilkan. Selain itu pemberian probiotik berdampak positif terhadap pertumbuhan, efisiensi penggunaan pakan .

Probiotik untuk produksi
     Sejak 1999 Balai Penelitian Ternak Bogor telah melakukan pengembangan probiotik untuk unggas (ayam). Bacillus sp mampu berkembang dalam saluran pencernaan dan pemberianya dapat dilakukan  melalui pakan atau air minum. Pemberian probiotik dalam pakan atau air minum dapat mempengaruhi anatomi usus. Secara mikroskopis usus ayam menjadi relatif lebih panjang dan densitas semakin tinggi serta anatomi villi makin panjang. Hal ini menunjukkan unggas yang diberi probiotik permukaan ususnya (berfungsi untuk penyerapan nutrien) makin luas dibandingkan unggas yang diberi AGP.

     Perbaikan FCR dicapai ayam yang mengkonsumsi probiotik Bacillus sp. Hal ini dimungkinkan karena kecernaan bahan pakan yang lebih sempurna. Hal ini tercermin dari meningkatnya aktifitas kandungan enzim pencernaan yang disertai dengan penyerapan yang juga lebih sempurna efek semakin luasnya area absorbsi (penyerapan). Dari segi biaya produksi, perbaikan FCR sebesar 10% dapat menekan sekitar 7% dari total biaya. Bagi peternak, ini berarti dengan modal yang sama produksi dapat ditingkatkan sampai 7%. Angka ini cukup signifikan dalam menyeimbangkan keuntungan. 

     Hasil riset menunjukkan kecernaan protein meningkat dari 66,7% menjadi 71,5%, kandungan energi termetabolis dari pakan meningkat dari 2558 Kkal/kg, menjadi 2601Kkal/kg pada ayam yang diberi bacillus sp (dibandingkan dengan kontrol), Peningkatan tersebut berhubungan erat dengan meningkatnya aktifitas enzim protease pada usus halus menjadi 5,28 IU, lebih tinggi dari kontrol yang hanya 1,82 IU. Begitu pula dengan enzim amilase meningkat dari 58,92 IU menjadi 69,50 IU.

Menekan kontaminasi
     Dilaporkan ayam petelur yang diberi probiotik campuran Bacillus sp, mengalami penigkatan kandungan lactobacillus. Dari pada saat yang sama terjadi penurunan kandungan E.Coli, bahkan tidak terdeteksi adanya Salmonella sp. Uji tantang dengan salmonella ternyata 2 minggu pasca infeksi, Salmonella sp tidak terdeteksi dalam saluran pencernaan ayam yang diberi bacillus sp. Sedang ayam kontrol , sampai minggu ke-4 bakteri patogen tersebut masih terdeteksi. Diperkirakan kelompok Bacillus sp mampu menekan mikroba patogen Salmonella sp dan E.coli dalam pencernaan sehingga produk yang dihasilkan akan bebas kontaminasi bakteri tersebut.

     Menurunnya mikroba patogen (merugikan) diduga merupakan salah satu faktor penyebab perbaikan penampilan ayam yang diberi probiotik.

     Ini dimingkinkan terjadi akibat Bacillus sp mengadakan adhesi (menempel) yang kuat dengan dinding usus, mencegah kolonisasi usus oleh mikroba patogen sehingga kesempatan Salmonella sp untuk menempel di dinding usus dapat dikurangi. Dengan demikian Salminella sp lebih banyak berada di lumen(rongga saluran) yang selanjutnya akan dikeluarkan bersama feses. Sehingga salmonelosis, penyakit zoogenesis yang dapat menginfeksi manusia melalui produk daging dan telur unggas dapat dikendalikan.

     Di luar itu semua dapat dipastikan perkembangan bakteri yang resisten terhadap antibiotik dapat diperkecil. Ini berdampak produk peternakan yang dikonsumsi oleh masyarakat  akan lebih aman dan menyehatkan.

Turunkan kolesterol
     Probiotik juga dilaporkan berpengaruh terhadap metabolisme kolesterol. Ayam yang diberi B.licheniformis dan B. subtilis mempunyai kandungan kolesterol dalam serumnya 115 mg/100 ml, lebih rendah dibandingkan dengan kontrol 130 mg/100 ml. Pengamatan lain melaporkan kandungan kolesterol ayam pedaging yang diberi Bacillus sp 83,83 mg/100 ml plasma atau Sacharomyses cerevicae 82,50 mg/100 ml plasma.  Lebih rendah dibandingkan denan kontrol yang memperoleh AGP yaitu 109,33 mg/100 ml plasma. Pemberian  probiotik juga dapat menurunkan kandungan kolesterol dari kuning telur ayam yang diberi probiotik Bacillus sp 3,34 mg/100 g, sementara kontrol 4,58 mg/100 g kuning telur.

     Peternakan komersial yang dikelola secara profesional, dengan sanitasi relatif baik, dampak pemberian probiotik (bacillus sp) tidak se-signifikan pemberian probiotik pada peternakan rakyat yang sanitasinya relatif lebih rendah. Variasi ini tidak mengherankan meningat pemberian probiotik bukan merupakan faktor tunggal, melainkan banyak faktor yang mempengaruhi.

sumber : trobos 

Senin, 15 Mei 2017

CARA MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN BISNIS AYAM PETELUR

Efisiensi dapat dilakukan melalui dua arah yaitu melalui pakan yang berkualitas dan bangunan kandang yang baik.

     Ukuran efisiensi pada usaha peternakan ayam selalu mengacu pada Feed Conversi Ratio (FCR), dimana semakin kecil FCR, semakin efisien biaya pakan yang dikeluarkan, misal FCR 2.1 berarti untuk menghasilkan telur 1 kg memerlukan pakan 2.1 kg. Intinya semakin besar FCR semakin besar pula pakan yang diperlukan dan tentu semakin banyak pula biaya yang dikeluarkan. Adapun rumus untuk menentukan FCR adalah pakan yang diberikan dibagi dengan produk yang dihasilkan. Pakan memang selalu menjadi ukuran karena pakan komponen biaya terbesar dalam usaha peternakan.

     Dengan semakin besar biaya pakan, semakin besar pula tuntutan peternak untuk efisiensi. Semua menyadari faktor pakan yang baik dengan harga ekonomis adalah tuntutan sebuah efisiensi. Tetapi tidak pernah disadari bahwa selain faktor tersebut di atas ada faktor lain sebagai penunjang efisiensi, yaitu bangunan kandang dan sistem di dalamnya terutama peralatanya. Bangunan kandang dan sistem peralatanya adalah penentu apakah pakan banyak tercecer atau tidak, mampu melindungi terhadap iklim yang buruk atau tidak, dapat memberikan program lighting yang lebih sesuai dengan kebutuhan atau tidak, apakah dapat dilakukan program biosekuriti dengan sempurna atau tidak, dan lain-lain. Apabila semuanya mampu dilaksanakan dengan baik otomatis hasil akan baik pula, karena faktor penghambat relatif tidak ada. 

     Idealnya bangunan kandang harus mampu memberikan semua kondisi tersebut di atas  dan yang mampu memberikan semuanya adalah kandang tertutup atau lebih dikenal dengan Closed House.

     Closed House system sendiri sebetulnya terdiri dari beberapa bagian yang dapat dipisah yaitu, bangunan kandang, cages atau battery tempat ayam, ventilasi system, watering system, feeding system, egg collector dan manure belt system.  Idealnya semua sistem tersebut ada di kandang closed house, tetapi dengan biaya investasi yang relatif tinggi. 

     Misal dari beberapa sistem tersebut yang paling penting adalah menghindari pakan yang terbuang, berarti yang paling penting didahulukan di sini adalah membangun kandang baik terbuka atau tertutup yang memungkinkan kerangka battrey dapat dipasang tempat pakan otomatis. sehingga pakan yang tumpsh akan terhindarkan. Memang hampir tidak pernah terpikirkan berapa banyak pakan yang terbuang akibat pakan yang tumpah ini. 

     Selama ini tidak ada penelitian atau pengamatan yang spsifik berapa besar pakan yang tumpah selama pemberian pakan. Pada pemberian pakan dua kali sehari berarti kemungkinan pakan tumpah juga dua kali per hari, pemberian pakan tiga kali, juga tiga kali kemungkinan pakan tumpah per hari. Seandainya pakan yang tumpah sebesar 2 sampai 5 gram per hari berapa besar biaya pakan yang hilang bila dihitung nilai pakan?.

     Misal dengan jumlah ayam 50.000 ekor berarti pakan yang hilang (2 gram x 50.0000) s/d (5 gram x 50.000) = 100 kg s/d 250 kg per hari. Bila harga pakan komplit Rp 5.250 per kg berarti pakan yang hilang Rp 525.000 s/d Rp 1.312.500 per hari. Bila diakumulasikan sebulan berarti biaya yang hilang dari pakan Rp 15.750.000 s/d Rp 39.375.000, cukup besar bukan?.

     Bila kita hitung dari hasil telur yang didapat : pakan yang hilang berkisar antara 1,67% s/d 4,16% bila pakan harian 120 gram/ekor. Jika pakan ini tidak hilang akan ada asumsi kenaikan berat telur berkisar angka prosentase tersebut. Misal berat telur rata-rata 60 gram usia 40 minggu, ini akan menjadi 61 gram s/d 62,5 gram bila pakan tidak tumpah. Bila produksi berkisar 92% berarti jumlah telur 50.000x92%=46.000 butir. Berat telur total 2.760 kg/hari bila berat rata-rata 60 gram. Bila pakan tidak tumpah akan didapat kenaikan berat telur 46 kg s/d 115 kg. Bila harga telur Rp 18.000 per kg akan didapat tambahan penghasilan Rp 828.000 s/d Rp 2.070.000 per hari. Bila diakumulasikan sebulan akan didapat tambahan penghasilan Rp 24.840.000 s/d Rp 62.100.000 per bulan. Bagi para pelaku bisnis peternakan ayam memang seharusnya jangan abaikan hal ini.

Sabtu, 13 Mei 2017

TRIK PELIHARA AYAM PETELUR DI IKLIM TROPIS

AYAM akan berproduksi optimal sesuai dengan apa yang dia dapatkan, termasuk lingkungan kandang yang di dalam nya suhu merupakan unsur penting dalam pemeliharaan ayam petelur. Suhu bisa mempengaruhi berat telur. Berat telur akan mulai menurun pada suhu 24 derajad C. dan berada pada tingkat 83% dari standard pada suhu 32 derajad C. Hal ini terjadi kerugian besar 11 gram jika standard berat sesuai breeding adalah 68 gram. Pada sisi lain, suhu juga berpengaruh terbalik dengan prosentase produksi.

     Suhu sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan dan minum, suhu akan berbanding terbalik dengan konsumsi pakan dan akan berbanding positif dengan konsumsi air minum. Pada suhu 20 derajad C. dengan tinkat konsumsi 100 gram/ekor , ayam akan mengkonsumsi air minum sejumlah 201 cc, selanjutnya pada suhu 25 derajad C. konsumsi air minum menjadi 280 cc dan pada suhu 30 derajad C. konsumsi air minum menjadi 492 cc.  Dengan kata lain bahwa konsumsi air minum akan meningkat tajam seiring kenaikan suhu yang terjadi di kandang. Konsumsi air minum tersebut adalah salah satu cara ayam mempertahankan suhu tubuhnya sesuai dengan lingkungan sekitar. Jika kita bandingkan konsumsi minum dengan pakan pada suhu 20 derajad C. adalah 2 kalinya maka pada suhu 30 derajad C. menjadi sekitar 5 kali lipat. Berdasarkan kondisi tersebut maka sebaiknya disarankan pada cuaca panas di siang hari tidak ada pakan di tempat pakan dan pada saat dingin pakan tersaji dengan cukup.

     Kondisi tempat pakan kosong di siang hari bisa dicapai dengan pengaturan pola pemberian pakan yang lebih banyak porsinya di sore hari dibandingkan dengan pagi hari. Dengan pola tersebut maka dimungkinkan dilakukan "midnight snack" yaitu nyalakan penerangan di tengah malam selama 2 jam untuk memberikan kesempatan makan  bagi ayam saat cuaca dingin , dimana nafsu makan berada pada puncaknya.

     Pada dasarnya zona suhu dibagi menjadi 4 bagian yaitu Hypothermia, Normothermia, Neutralitythermia dan Hyperthermia. Keempat zona suhu tersebut akan mempengaruhi terhadap penampilan produksi ayam.
     Hypothermia adalah suasana suhu yang sangat dingin sekali, ayam tidak cukup mampu melawan suhu dingin dengan panas tubuhnya, situasi ini bisa terjadi saat musim penghujan, pada kandang indukan penanggulanginya adalah dengan pemanasan yang cukup.
     Normothermia, adalah suasana suhu yang cukup dingin tapi ayam mampu bertahan dengan kondisi ini pada tingkat yang normal dan ayam akan mengkonsumsi lebih banyak.
     Thermoneutrality, adalah suasana suhu sangat nyaman dan ayam membutuhkan energi yang minimal untuk menjaga suhu tubuh tetap konstant.
     Hyperthermia, adalah suasana suhu sangat panas , ayam akan kurang nyaman dengan menunjukkan gejala memperluas bidang sentuh dengan udara, panting dan terengah-engah, meningkatkan konsumsi air minum.

     Untuk mengatasi keadaan panas yang terjadi maka ayam akan melakukan aktifitas yang bertujuan secara naluri untuk mempertahankan suhu tubuh ayam konstan dengan beberapa cara:
     1. Pengeluaran panas melalui indera perasanya dengan cara ayam akan mengepakkan sayapnya untuk memperluas bidang sentuh dengan udara  dan mempercepat aliran darah di sekitar pial, jengger dan kulit. Hal ini hanya dilakukan pada zona suhu Normothermia dan Thermoneutrality. 
     2. Pengeluaran panas dengan penguapan, Dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dengan panting untuk meningkatkan rata-rata pernafasan dan mampu menurunkan suhu tubuh hingga mencapai 0,7 - 1,2 derajad C. Hal ini sangat efektif karena akan memperluas permukaan kantong udara dan paru-paru, tetapi kondisi ini akan menurunkan produksi telur.
     3. Panting pada tahap awal akan ditunjukkan dengan gejala khas yaitu dengan meningkatkan frekuensi bernafas, menurunkan volume udara per tarikan nafas secara total akan meningkatkan volume pernafasan per menit.
     4. Panting pada tahap kedua jika tahap pertama tidak cukup mampu membuat suhu tubuh nyaman makan, panting tahap kedua dimulai dengan gejala khusus suhu badan ayam akan meningkat menjadi 44 derajad C. dari suhu normal ayam dewasa 41 derajad C. Pada tahap kedua ini ditandai dengan frekuensi pernafasan menurun dengan volume udara per tarikan nafas meningkat dan secara total meningkatkan volume pernafasan meningkat per menit banyak kehilangan CO2 dalam darah sehingga pH menurun dan terjadi pernafasan alkalosis.
     5. pH darah akan menurun drastis, karena terlalu banyak CO2 yang hilang, dan ketika pH mencapai angka yang tetap, ayam akan berhenti panting pada suhu 46 derajad C. sehingga semakin sulit untuk diperbaiki dan kematian terjadi pada suhu tubuh berkisar 47 derajad C. 
  
     Beberapa faktor yang mampu menurunkan pengaruh negatif suhu adalah, kecepatan angin, konstruksi kandang (atap), kepadatan ayam dan pola pemberian pakan.

     Kecepatan angin berpengaruh menurunkan suhu kandang, pada kecepatan 0,1 m/detik belum berpengaruh terhadap penurunan suhu, tetapi pada kecepatan angin 1,25m/detik akan berpengaruh penurunan suhu  sebesar 3 derajad C.

     Konstruksi kandang terutama atap yang mampu memantulkan panas seperti atap dari bahan dedaunan, ataupun atap bercat putih akan lebih dingin. Kandang dibangun dengan ventilasi optimal dengan ditekan seminimal mungkin segala sesuatu yang menghalangi angin pada tingkat yang nyaman. Disarankan arah kandang membujur dari timur ke barat dengan maksud supaya sinar matahari tidak langsung masuk ke dalam kandang. Lebar kandang disarankan 7 m dengan lantai dipelur untuk mempermudah pembersihan dan memberi efek "adem" atau dingin pada ayam. Untuk menurunkan suhu kandang beberapa peternak melakukan penambahan styroform di bawah atap kandang. Di luar lingkungan kandang sebaiknya ditanami  tanaman yang mampu mengayomi atap, tetapi tidak menghalangi angin masuk ke dalam kandang, dan rumput di sekitar kandang dipertahankan pendek.

     Jika penurunan suhu menggunakan sprayer hal yang paling perlu diperhatikan dalam penggunaanya adalah butiran partikel harus bagus, sehingga tidak menempel di tempat pakan yang bisa berpengaruh menimbulkan jamur. Penggunaan sprinkle di atas atap untuk menimbulkan efek hujan buatan juga bisa digunakan.

Atur Kepadatan Kandang
     Cara lain untuk mengatasi suhu panas adalah dengan pengaturan kepadatan ayam per luasan tertentu. Kepadatan kandang yang berhubungan dengan kebutuhan per luasan per ekor ayam sangat membantu penampilan produksi.
Dengan memperhatikan luasan yang diperlukan per ekor ayam  maka diharapkan ayam akan mempunyai kondisi yang lebih nyaman dan diharapkan penampilan produksi di daerah dingin akan juga tercapai dengan pemeliharaan untuk daerah panas.

     Disamping melakukan usaha dengan cara eksternal atau faktor yang berpengaruh di luar ayam, maka bisa dilakukan dengan cara menurunkan pengaruh suhu melalui dalam tubuh ayam dengan cara manipulasi pakan dan memperbaiki pola pemberian pakan. Penggunaan lemak sebagai sumber energi lebih baik dibandingkan karbohidrat, karena lemak memberikan efek panas yang kurang pada proses metabolismenya. Penambahan antioksidan juga akan berpengaruh lebih baik. Penambahan asam linoleat dalam pakan dapat membatasi efek panas disamping akan berpengaruh positif terhadap berat telur.

     Faktor lain yang turut membantu pengurangan panas  adalah air. Tangki air atau tandon sebaiknya diberi peneduh dan berwarna terang untuk mempertahankan air tetap nyaman, pipa air sebaiknya ditanam pada kedalaman 1 - 2 m . Penambahan vitamin C atau elektrolit cukup membantu mengurangi pengaruh stress.

     Kesimpulannya adalah peternak di daerah panas masih mampu menampilkan produksi yang optimal sesuai standard yang dikeluarkan perusahaan pembibitan dengan rekayasa manajemen produksi sehingga ayam merasa nyaman untuk berproduksi dengan baik.  Disamping faktor-faktor tersebut di atas maka faktor manusia dalam pengelolaan kandang tetap harus dijadikan pijakan dasar kesuksesan pada usaha peternakan ayam petelur.

Sumber: Infovet 
     

Jumat, 12 Mei 2017

FAKTOR PENYEBAB KEKERDILAN PADA AYAM

BANYAK faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerdilan atau pertumbuhan yang cukup lambat pada ayam, dan dilaporkan kebanyakan terkait dengan faktor praktek mananejemen pemeliharaan. Sampai saat ini tidak ada data yang akurat menyatakan bahwa kekerdilan dipengaruhi oleh faktor genetik dari bibit ayam.

     Faktor-faktor penyebab kekerdilan bisa berasal dari lemahnya manajemen yang ada pada pembibitan, tapi justru lebih sering ditemukan karena kurang baiknya manajemen yang diterapkan pada peternakan komersial.
Faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu dan penyebab terjadinya kekerdila pada ayam, diantaranya :

1. Faktor lingkungan seperti :
  • Kelembaban dan temperatur yang tinggi dalam kandang
  • Kualitas dan sirkulasi udara dalam kandang kurang memadai
  • Pencemaran amonia yang tinggi dalam kandang

2. Faktor pakan dan air 
  • Feed intake dari ayam berkurang
  • Kualitas dan keseimbangan nutrisi dalam pakan tidak sesuai dengan nilai gizi yang dibutuhkan(nutrisi pakan tidak sesuai dengan kinerja genetik dari ayam)
  • Pakan yang tercemar dengan mikotoksin, baik yang diberikan pada induk maupun pada anak ayam itu sendiri
  • Tingkat pencemaran mikroorganisme patogen dan kadar logam berat dalam air yang cukup tinggi
  • pH air yang tidak sesuai, terlalu asam atau alkalis sehingga berpengaruh pada tingkat konsumsi air minum ayam

3. Faktor perlakuan masa brooding : 
  • Lama waktu pemberian pemanas dan kualitas pemanas yang diberikan tidak sesuai dengan keadaan cuaca (musim panas/musim hujan)
  • Ketersediaan tempat pakan dan minum yang kurang dalam kandang, sehingga ayam jadi berebut dalam mendapatkan pakan dan air minum
  • Kepadatan ayam cukup tinggi dalam kandang sehingga ayam susah untuk makan dan minum

4. Faktor kualitas DOC : 
  • Berat badan DOC dibawah standard, seperti : dihasilkan dari telur bibit muda, atau induk yang sedang terinfeksi penyakit yang mengganggu kualitas telurnya
  • Dehidrasi selama proses penetasan atau karena proses transportasi
  • Adanya infeksi penyakit seperti : Omphalitis, Infeksi Yolk Sac, Aspergillosis
  • Kasus Mykotoksikosis yang diakibatkan oleh  mykotoksikosis yang terjadi pada induknya

5. Faktor penyakit 
  • Baik penyakit yang bersifat infeksius maupun yang non infeksius, dan bersifat immunosupresif, seperti :
  • Adanya kasus Avian Leukosis, Virus-J dan Reovirus yang menginfeksi pada breeder dapat berpengaruh secara langsung pada kualitas DOC yang dihasilkan
  • Infeksi agen penyakit seperti: Reovirus, Gumboro, Chicken Anemia Virus, Koksidiosis, Kolibasillosis, Mycoplasmosis dll.
  • Mikotoksikosis, disamping bersifat immunosupresif juga dapat secara langsung mengganggu fungsi sistem pencernaan pada ayam.

Upaya pencegahan dan penanganan
     Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya problem kekerdilan dan lambat tumbuh pada ayam adalah dengan menerapkan manajemen pemeliharaan secara komprehensif, yakni menerapkan praktek manajemen yang optimal mulai dari tingkat pembibitan sampai dengan tingkat budi daya. Diantaranya dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab kekerdilan yang disampaikan di atas, baik yang secara lansung maupun tidak langsung berpengaruh pada terjadinya kasus kekerdilan dan lambat tumbuh.

Sumber : Infovet  

Kamis, 11 Mei 2017

STRATEGI MENEKAN POPULASI LALAT DI KANDANG

LALAT adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorraphaordo Diptera. Secara morfologi lalat dibedakan dari nyamuk (subordo Nematocera) berdasarkan ukuran antenanya; lalat berantena pendek, sedangkan nyamuk berantena panjang.

     Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yang digunakan untuk menjaga kestabilitas saat terbang. Lalat sering hidup diantara manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius, karena setiap lalat hinggap di suatu tempat,  kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut.

     Lalat sangat mengandalkan penglihatan  untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki pengelihatan tiga dimensi yang akurat. Beberapa jenis lalat lain, misalnya Ormia ochracea, memiliki organ pendengaran yang sangat canggih. 

     Kehadiran lalat di areal peternakan juga perlu diwaspadai. Lalat biang kerok dalam penularan berbagai penyakit pada ayam peliharaan. Kontrol lalat di suatu farm merupakan hal mendasar dalam sistem manajemen pengendakian penyakit. Lalat dapat menyebabkan berbagai masalah seperti mediator perpindahan penyakit dari ayam sakit ke ayam sehat, mengganggu pekerja kandang, menurunkan produksi, menurunkan kualitas telur, dan mencairkan feses atau kotoran ayam yang berakibat meningkatkan kadar amonia dalam kandang.

     Lalat merupakan insekta yang unik bila dibanding dengan jenis insekta yang lain. Yang membedakanya adalah cara makan lalat yang meludahi makanan terlebih dahulu sampai makanan tersebut cair, makanan disedot masuk ke dalam perut. Hal ini disinyalir dapat memudahkan bakteri dan virus turut masuk ke dalam saluran pencernaanya dan berkembang biak di dalamnya. 

     Penyakit yang disebabkan lalat dan larvanya seperti: 
(1) lalat menjadi vektor penyakit gastrointestinal pada manusia.
(2) NDV telah diisolasi pada lalat dewasa lalat rumah kecil (Fannia canicularis) dan larva lalat rumah (Musca domestica).
(3) larva dan lalat dewasa (M. domestica) sering termakan ayam, kemudian menjadi " Hospes Intermediet " cacing pita pada ayam dan kalkun.
(4) lalat rumah ( M. domestica ) yang memakan darah ayam yang tercemar kolera unggas dapat menyebarkan penyakit tersebut ke ayam lain.

4 Strategi Dasar
     Suksesnya program kontrol dilakukan dengan suatu metode pendekatan terintegrasi yakni empat metode manajemen dasar:
  1. Memelihara kotoran agar tetap kering.
  2. Metode biologi, seperti menggunakan pemangsa yang menguntungkan (merangsang pertumbuhan musuh alami lalat yang biasanya banyak ditemui di kotoran, dan musush lalat ini dapat tumbuh baik jika kotoran kering). Kotoran kering akan mendukung berkembangnya pemangsa dan benalu dari perkembangbiakan lalat. Populasi predator dan parasit terutama terdiri dari kumbang, kutu dan lebah. Perkembangan musuh lalat ini lebih lambat dibanding lalat itu sendiri. Pupulasi yang cukup tinggi pada hakekatnya bermanfaat bagi pengendalian lalat dan dapat dikendalikan hanya dengan jalan tidak mengganggu kotoran dalam jangka waktu yang lama. 
  3. Metode mekanik, yakni dengan biosekuriti yang meliputi manajemen kebersihan ( pembersihan dan desinfeksi kandang, terutama setelah panen ) dan manajemen sampah ( pembuangan litter, kotoran dan bangkai ayam). Kemudian pindahkan hewan yang mati dengan segera dan membuangnya dengan baik (dibakar atau dikubur) dan minimalkan akumulasi pakan yang tumpah. Sedangkan untuk luar kandang, rumput liar harus dibersihkan, hal ini bertujuan menghindari kerumunan lalat dewasa serta menciptakan pergerakan udara di sekitar kandang agar lebih baik. Lalu manajemen kandang ditingkatkan, hal ini bertujuan agar kotoran tetap kering.
  4. Kontrol kimia melalui aplikasi insektisida atau obat-obatan (spray, fogs dan lain-lain). Pada bagian ini bisa memakai Cyromazine yang secara nyata telah terbukti keampuhanya dalam membasmi lalat di farm-farm peternakan. Adapun aplikasi pemakaianya adalah mencampur Cyromazine dengan pakan, kemudian gunakan 4-6 minggu berturut-turut, setelah itu dihentikan selama 4-8 minggu, lalu dipakai kembali, ini bertujuan memutus siklus hidup lalat. Biasanya ini dipakai untuk farm layer karena periode pemeliharaanya cukup panjang, sedang untuk broiler dianjurkan lebih menjaga kebersihan kandang, hindari genanan air dan jangan biarkan adanya pakan yang tersisa.
  
sumber : Imfovet 

Rabu, 10 Mei 2017

TUJUH KUNCI SUKSES DI AWAL PEMELIHARAAN AYAM PETELUR

Mengupas manajemen teknis pemeliharaan ayam layer seakan tak kan pernah ada habisnya. Apalagi jenis usaha ini pdat karya dan padat modal, sehingga membutuhkan metode pemeliharaan yang benar-benar efektif dan efisien. Disinilah penerapan tehnologi makin berperan dalam mendukung agar hasil maksimal.
     
     Tujuh kunci utama yang harus diperhatikan saat kita akan mulai pemeliharaan :

1. Density
     Density atau kepadatan populasi pada masa brooding harus sangat diperhatikan, per satu bundaran dengan diameter 3 meter tidak lebih dari 500 ekor. Karena bila terlalu padat, akan menimbulkan berbagai macam masalah diantaranya ketidaknyamanan dan naiknya suhu lingkungan yang tentunya sangat mempengaruhi feed intake.

2. Pakan
     Pada pemeliharaan awal sebaiknya pakan starter diberikan secara adlibitum atau tanpa pembatasan. Jangan sampai ayam tersebut kekurangan pakan, hal ini perlu dilakukan untuk memberikan kesempatan ayam makan lebih banyak karena pada periode 10 hari awal pemeliharaan merupakan periode pertumbuhan yang paling cepat yang harus didukung oleh kesediaan pakan yang mencukupi.

3. Air
     Air minum jangan sampai kehabisan atau kotor. Tempat minum harus selalu dibersihkan, untuk mencegah kontaminasi penyakit yang bersumber dari mikal maupun bakterial. Karena umur 10 hari pertama  sangat peka terhadap kontaminasi.

4. Temperatur
     Temperatur brooding, terutama saat DOC baru datang harus dipertahankan pada kisaran 30 - 31 derajad C. maka dari itu pemanas harus telah dipersiapkan terlebih dahulu beberapa jam sebelum DOC datang. Hal ini penting untuk mencegah stress pada anak ayam dan mampu memberikan kehangatan. Penempatan pemanas diusahakan merata di sekitar bundaran untuk menghindari menggerombolnya anak ayam di salah satu sudut.

5. Lighting
     Meskipun hanya sistem pemberian cahaya, aspek ini juga penting, karena bisa menstimulasi ayam untuk makan dan tumbuh. Terutama di hari pertama, pastikan cahaya di dalam kandang benar-benar terang, agar anak ayam mendapat intensitas cahaya yang cukup untuk melihat keadaan sekitar dan mengetahui dimana tempat makan dan tempat minum. Sebaiknya lighting diberikan selama 24 jam selama pemeliharan minggu pertama.

6. Ventilasi
     Pengaturan ventilasi berguna untuk memperlancar sirkulasi udara dan menotrol suhu dalam kandang. Perilaku anak ayam harus dikontrol secara serius untuk mengetahui nyaman dan tidaknya ayam di dalam kandang. Menurut pengalaman, bila kita merasa gerah di dalam kandang, berarti suhu kandang cocok untuk anak ayam, tetapi bila terasa sejuk di dalam kandang berarti anak ayam merasa kedinginan.
     Karena pada umur muda, dimana suhu tubuh ayam normal adalah 41 derajad C. sangat membutuhkan suhu yang relatif lebih tinggi untuk metabolisme normalnya  dan memberinya kehangatan. Hal ini disebabkan karena belum berfungsinya sistem organ insulasi tubuhnya yaitu bulu yang belum tumbuh. Berbeda dengan ayam dewasa yang semua sistem tubuhnya telah berkembang sempurna sehingga bisa lebih adaptif terhadap perubahan suhu lingkungan. Ayam dewasa justru membutuhkan udara yang lebih sejuk untuk produksi dan reproduksi optimalnya.

7. Litter
     Litter diusahakan tidak terlalu lembab/ basah atau terlalu kering untuk menghindari banyak debu yang berterbangan dan berkembangnya penyakit. Ketebalan yang baik untuk pemeliharaan 10 hari pertama adalah 5 cm. Litter yang basah meningkatkan resiko pneumonia dan gangguan pernafasan pada anak ayam karena kedinginan. Persiapan litter bisa dilakukan seminggu sebelum ayam datang. Litter ditebar kemudian disemprot dengan desinfektan untuk mencegah timbulnya debu.
     
     Bila program 7 kunci ini dilaksanakan dengan baik selama 10 hari pertama, maka program pemeliharaan selanjutnya  akan jauh lebih mudah. Sebagai contoh dimasalah vaksinasi, ayam yang sehat akan menghasilkan respon vaksin yang jauh lebih baik dibanding dengan sistem pemeliharaan awal yang asal-asalan.

Sumber : Infovet

Senin, 08 Mei 2017

STRESS PANAS PADA UNGGAS

Iklim panas dapat memberikan pengaruh buruk pada performance unggas. tentu saja hal ini juga memberi dampak terhadap efisiensi produksi yang tampaknya mulai terpengaruh sebelum tercapainya titik kritis terjadinya peningkatan suhu.

     Ketika unggas mulai "panting" terjadi perubahan fisiologis yang tampak dari pola tingkah laku dan kondisi fisik tubuh unggas untuk menghilangkan panas yang berlebihan.
     Berikut adalah petunjuk umum mengenai reaksi tubuh unggas dewasa (ayam produksi) pada suhu yang bervariasi. Stress panas cenderung mulai pada suhu di atas 27 derajad Celsius dan terus meningkat sampai 29 derajad celsius.

Stress panas dan Kisaran Suhu Optimal Kritis

12.78 derajad C. sampai 24 derajad C.
Thermal neutral zone. Kisaran suhu dimana unggas tidak perlu perlakuan khusus untuk mengubah laju metabolik basalnya atau tingkah laku untuk penyesuaian terhadap suhu tubuhnya.

18.33 derajad C. sampai 24 derajad C.
Kisaran suhu ideal. 

24 derajad C. sampai 29.5 derajad C.
Konsumsi pakan mengalami sedikit penurunan, namun apabila intake nutrisi cukup maka efisiensi produksi  masih tetap baik. Ukuran telur mungkin dapat menyusut dan kualitas kerabang dapat terpengaruh apabila suhu mencapai maksimal pada kisaran ini.

29.5 derajad C. sampai 32.2 C.
Konsumsi pakan turun drastis. Pencapaian berat badan rendah, ukuran telur dan kualitas kerabang sangat menurun, produksi telur dapat mengalami penurunan. Prosedur pendinginan  seharusnya sudah dilakukan sebelum suhu kritis pada kisaran maksimal suhu tercapai.

32.2 derajad C. sampai 35 derajd C.
Konsumsi pakan terus menurun secara kontinyu, ada kala terjadi kelemahan umum akibat panas yang ditimbulkan terutama pada ayam saat pertengahan masa produksi hingga produksi lanjut. Pada suhu ini prosedur pendinginan ruangan harus selalu dijalankan.

35 derajad C. sampai 37.8 derjad C.
Kelemahan umum akibat panas sering terjadi dan tidak jarang menimbulkan kematian. Perlakuan darurat dan penanganan kondisi umum ruangan harus dilakukan. Produksi telur dan konsumsi pakan  berkurang bahkan tidak ada sama sekali serta konsumsi air sangat tinggi.

>37.8 derajad C.
Perlakuan darurat terhadap panas dan kondisi ruang diharuskan untuk membantu penurunan suhu internal tubuh unggas terhadap suhu lingkungan. Ketahanan tubuh dan adaptasi yang kuat terhadap suhu ini mutlak dialami ayam untuk tetap bertahan.



 

  

Minggu, 07 Mei 2017

CARA MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL TELUR DENGAN MENGKUDU

Ekstrak mengkudu dapat menurunkan kadar kolesterol kuning telur dan meningkatkan kandungan vitamin A&C.

TELUR merupakan bahan pangan yang mengandung zat-zat nutrien lengkap yang dibutuhkan tubuh, termasuk kandungan kolesterolnya.
Dibalik lengkapnya komposisi yang dikandungnya, konsumen sebagian besar menginginkan telur tersebut mempunyai kadar kolesterol yang rendah dengan harapan tidak mengganggu kesehatan, walaupun dalam keadaan normal kolesterol dubutuhkan tubuh.

     Beberapa upaya untuk meminimalkan kandungan kolesterol telur telah banyak dilakukan penelitian, seperti diungkapkan Muwarni (2007) bahwa salah satu untuk menurunkan kadar kolesterol yaitu dengan cara rekayasa  pakan induk ayam yang akan bertelur dengan pemberian aditf pakan  bertujuan untuk mempengaruhi jalur pembentukan kolesterol yang berlangsung dalam induk ayam yang kemudian ditransfer ke dalam telur. Beberap aditif pakan yang dapat mengurangi kandungan kolesterol kuning telur adalah bawang putih, dapat menurunkan kolesterol  dalam telur sampai 30%, ekstrak daun katuk menurunkan kolesterol  kuning telur hingga 45,8%, pemberian unsur mikro Cu (ppm), asam lemak omega 3 dan probiotik atau prebiotik.

     Salah satu hasil riset yang telah dilakukan  Wardiny (2006) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak mengkudu  dapat juga menurunkan kadar kolesterol kuning telur dan meningkatkan kandungan vitamin A & C dalam telur, disamping terhadap konsumsi  pakan, energi protein dan serat kasar menunjukkan perbedaan nyata dibanding kontrol.

     Mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan tanaman obat tropis yang termasuk ke dalam salah satu tanaman obat dari suku kopi-kopian (Rubiaceae). Terdapat 20 species morinda yang mempunyai nilai ekonomis antara lain: Morinda bracteata, M.officinalis, M.fructus, M.fiactoria dan M.citrifolia (Wardiny, 2006 dan waha, 2007)

     Mengkudu mengandung zat-zat yang kaya akan protein dan kaya senyawa-senyawa terpenoid, yakni senyawa hidrokarbon isometric yang juga terdapat dalam lemak dan dapat membantu memulihkan sel-sel tubuh, zat anti bakteri terutama dapat melawan golongan bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa, Proteus morganti, Staphylococcus aureus dan bacillus subtilis, dan bakteri patogen Salmonella dan shigella; asam askorbat (sumber vitamin C); scopoletin yang berfungsi dalam memperlebar pembuluh darah yang mengalami penyempitan, zat anti kanker (dammacanthal); xeronine yaitu zat alkaloid terpenting dan dalam jumlah tertentu dapat mengaktifkan enzim-enzim dalam zel, dan proxenonine adalah alkaloid yang tidak mengandung gula dan asam amino, serta zat pewarna yang terdapat dalam kulit akar.

     Khasiat umum yang diperoleh dari kulit mengkudu ini antara lain : sebagai obat luka, sakit perut, eksim, disentri, meningkatkan daya tahan tubuh, mengatur siklus energi tubuh, mengatur siklus suasana hati, menghilangkan rasa sakit, obat peradangan dan alergi, anti bakteria, menormalkan tekanan darah serta obat tumor dan kanker. Sedangkan pengaruh pada ternak telah dilaporkan oleh Desmayati (2003) dan Wiryanti (2004), bahwa pemberian ekstrak mengkudu sebanyak 10 ml/liter air minum  dapat menghasilkan pertambahan bobot badan ayam yang tinggi.

     Berdasarkan hasil analisis laboratorium komposisi mengkudu seperti protein kasar, lemak kasar dan kalsium pada tepung daun cukup baik untuk dijadikan salah satu aditif pakan, terutama untuk unggas. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,Wardiny (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh mengkudu dalam pakan terhadap performa dan kandungan kolesterol telur ayam.

     Pakan yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah Ro=tanpa mengkudu, R1=3%tepung daun mengkudu, R2=6%tepung daun mengkudu, R3=9%tepung daun mengkudu, R4=3%sari buah mengkudu, R5=6%sari buah mengkudu, R6=9%sari buah mengkudu. Dari hsil penelitian tersebut diperoleh data bahwa konsumsi pakan pada perlakuan R3 lebih tingi, tapi sebaliknya konversi pakan dan kandungan kolesterol telur R3 lebih rendah dari perlakuan lainya. Demikian juga produksi hen day telur, konsumsi protein, konsumsi energi, skor kuning telur, konsumsi vitamin A dan C, serta konsumsi serat kasar R3 dari perlakuan R0,R1,R2,R4,R5 dan R6. Tingginya konsumsi serat kasar menunjukkan bahwa konsumsi tersebut pada ayam petelur ini dapat menurunkan kadar kolesterol dalam telur (Pilliang at al. 1982). Pendapat lain dikemukakan Bordwell dan Erdman (1998) bahwa serat kasar yang tinggi dalam pakan akan meningkatkan ekskresi lemak melalui feses termasuk kolesterol.
  
     Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan, bahwa pemberian mengkudu baik berbentuk tepung maupun sari buah dalam pakan terbukti dapat menurunkan kandungan kolesterol telur, meningkatkan kandungan vitamin A dan C kuning telur. Perlakuan pemberian 9% tepung daun (R3) dalam pakan merupakan perlakuan terbaik, ayam lebih cepat dewasa kelamin, meningkatkan produksi telur, skor warna kuning telur, kandungan vitamin C serta menurunkan konversi pakan dan kandungan kolesterol telur.

sumber: majalah PI