Trik-puncak-produksi-tinggi

Minggu, 05 Maret 2017

SOLUSI EFEKTIF MENANGGULANGI CORYZA


Penyakit Coryza pada peternakan ayam di daerah tropis seperti di Indonesia, merupakan salah satu problem yang selalu meningkat kejadianya pada saat memasuki peralihan musim, terutama pada peternakan ayam petelur. Sulitnya pengendalian penyakit Coryza, terutama pada peternakan ayam skala menengah ke bawah, tidak lepas dari masih kurang optimalnya praktek manajemen dan program kesehatan yang diterapkan oleh peternak serta kondisi lingkungan yang kurang memadai.

Lemahnya praktek manajemen yang sering teramati di lapangan dan tidak optimalnya pelaksanaan program kesehatan seperti :
  • Kurang baiknya sistem ventilasi dan sirkulasi udara
  • Tingginya pencemaran amonia dalam kandang
  • Kondisi litter kandang yang lembab
  • Kepadatan ayam yang cukup tinggi dalam kandang
  • Pemakaian antibiotika yang tidak tepat dosis
  • Program vaksinasi yang kurang tepat aplikasinya
Semua ini yang menjadi salah satu faktor pemicu cukup sulitnya pengendalian coryza di lapangan.

Untuk menjaga kesehatan ayam dari gangguan atau ancaman penyakit Coryza, maka upaya terpadu dan komprehensif untuk pengendalian kuman penyebab Coryza meliputi konsep manajemen lingkungan yang memadai, program sanitasi dan desinfeksi untuk menekan populasi dan keganasan kuman penyebab penyakit coryza serta dipadukan pelaksanaanya dengan konsep perlindungan berupa program kesehatan dan vaksinasi.

Faktor pemicu timbulnya penyakit Coryza
Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu dan penyebab timbulnya penyakit Coryza pada peternakan diantaranya:
1. Faktor lingkungan dan sistem perkandangan  
Kandang dengan sistem ventilasi dan sirkulasi udara kurang baik serta suhu dan kelembaban kandang yang kurang memadai, kepadatan ayam yang tinggi dalam kandang, dapat menjadi salah satu pemicu mudahnya ayam terserang penyakit Coryza. Sebagai contoh perkandangan yang kurang mendukung sirkulasi udara diantaranya: jarak antar kandang yang terlalu berdekatan, kandang yang terlalu lebar dan panjang tidak disertai adanya kipas sebagai alat bantu sirkulasi udara dalam kandang.
Sirkulasi udara yang kurang baik dan tingginya kadar amonia, dapat menyebabkan ayam mudah mengalami heat stress, dan amonia yang dihirup oleh ayam dapat mengiritasi dan merusak silia serta mukosa pada saluran pernafasan, dengan demikian ayam akan mudah terinfeksi kuman penyakit yang masuk melalui saluran pernafasan.

2. Faktor sanitasi dan desinfeksi 
Kurang optimalnya sanitasi dan desinfeksi dalam lingkungan kandang, menjadi penyebab meningkatnya keganasan dan tingkat kejadian berbagai jenis infeksius,termasuk juga penyakit Coryza di lapangan. Hampir sebagian besar peternak skala menengah ke bawah sering kali mengabaikan praktek sanitasi dan desinfeksi yang baik sebagai cara yang paling utama untuk mencegah dan pengendalian keganasan berbagai agen penyebab penyakit infeksius di lapangan.
Banyak terjadi di lapangan terutama di peternakan ayam komersial, praktek sanitasi dan desinfeksi yang sangat jauh dari memadai. Seperti adanya kotoran yang masih ditumpuk di pinggir kandang yang sudah dibersihkan, jarangnya penyemprotan desinfektan di dalam kandang dan lokasi sekitar kandang serta pemakaian dsinfektan dengan zat aktif yang tidak pernah diganti. 

3. Faktor penyakit immunosupresi 
Adanya beberapa penyakit tertentu yang dapat merusak sistem immune lokal pada saluran pernafasan dan bersifat immunosupresi, dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit Coryza yang brsifat infeksius dengan manifestasi klinis yang lebih parah. Penyakit yang merusak sistem saluran pernafasan seperti SHS, ILT, Aspergilosis serta CRD sendiri juga dapat merusak sistem pertahanan lokal yang ada dalam saluran pernafasan, sehingga dapat juga digolongkan sebagai penyebab penyakit lokal immunosupresi.

Sering kali dapat ditemukan kagagalan terhadap vaksinasi Coryza di peternakan ayam petelur maupun di breeder,karena ayamnya pernah terserang penyakit pernafasan lain yang bersifat immunosupresi, seperti sebelumnya pernah terserang penyakit SHS atau ILT.
Bila peternak tidak melakukan vaksinasi terhadap kedua agen penyakit tersebut, berpengaruh sangat besar terhadap keberhasilan vaksinasi Coryza.






Penyebab dan kejadian Coryza di lapangan

Kuman Haemophilus Paragallinarum dikenal sebagai penyebab penyakit Coryza/snot. Penyakit Coryza yang menyerang ayam dapat bersifat akut maupun kronis. Secara umum penyakit Coryza dikenal menyerang ayam yang berumur cukup dewasa, akan tetapi kenyataan di lapangan kerap kali penyakit Coryza sudah dapat dijumpai pada ayam yang masih muda, yaitu umur 3 minggu baik broiler maupun layer. Kejadian Coryza yang menyerang ayam umur muda sering kali terjadi pada pemeliharaan ayamnya dengan variasi umur beragam, dan kondisi lingkungan kandang yang kurang mendukung seperti: tingginya pecemaran amonia, kepadatan ayam yang tinggi, minimnya sirkulasi udara dan banyaknya debu dalam kandang.
Praktek manajemen lain yang kurang memadai seperti sanitasi dan desinfeksi yang kurang baik, minimnya upaya pencegahan dengan pemberian antibiotika tertentu untuk membunuh dan menekan kuman yang ada dalam tubuh ayam. 
Kasus Coryza tingkat kejadianya mulai mengalami peningkatan pada saat perubahan iklim dari musim kemarau ke musim hujan, dengan tingkat kejadian tertinggi umumnya terjadi pada periode September sampai Desember. Penyakit Coryza walaupun sudah ada vaksin yang dipakai di lapangan, akan tetapi kenyataanya masih cukup sulit pengendalianya. Hal ini terjadi karena faktor-faktor pendukung yang cukup sulit dihindari dan dihilangkan, sehubungan dengan lemahnya praktek manajemen peternakan dan adanya perubahan cuaca yang ekstrim.

Kasus Coryza menyerang ayam mulai umur 3 minggu sampai ayam yang sudah produksi. Pada ayam yang sudah produksi penyakitnya biasanya lebih bandel dan cukup sulit penangananya, belu lagi efek yang ditimbulkanya berupa; penurunan produksi telur sangat signifikan, terutama ayam yang terserang sedang dalam pucak produksi.

Gejala klinis yang dapat diamati bila terserang Coryza; pada tahap awal ayam nampak sering bersin-bersin, mata berair dan radang pada kelopak mata, disertai adanya eksudat serous yang kental dan berwarna bening. Pada keadaan yang berlanjut mulai terlihat adanya kebengkaan pada daerah muka bagian bawah disertai adanya pengerasan dari eksudat yang serous dan kental sebelumnya, dimana eksudat jadi kental dan mengeras, dan yang sangat khas dari Coryza adalah bau eksudat yang dihasilkanya sangat busuk. Pada kondisi yang cukup parah, terdengar suara ngorok halus pada malam hari.

Biasanya infeksi kuman penyebab Coryza menyebabkan kerusakan pada jaringan saluran pernafasan bagian atas, dimana sering dapat diamati pada saluran pernafasan bagian atas berupa peradangan kataralis pada membrana cavum nasi dan sinus nasalis dan sinus infraorbitalis.
Paling sering juga ditemukan peradangan pada kelopak mata yang bersifat kataralis dan oedema subcutan pada daerah muka bagian bawah dan pial.
Pada Coryza jarang ditemukan adanya peradangan pada paru-paru maupun kantong hawa, terkecuali kejadianya diperparah oleh infeksi sekunder oleh CRD atau kolibasilosis.

Penanggulanganya di lapangan

1. Pengobatan
Pengobatan dengan memberi berbagai jenis antibiotika sudah cukup banyak dilakukan oleh peternak, tetapi sedikit sekali yang memberikan kesembuhan secara tuntas. Ayam setelah diberi pengobatan selama 4-5 hari nampak sembuh, akan tetapi setelah beberapa hari atau beberapa minggu pengobatan dihentikan, kejadian Coryza akan kambuh lagi. Hal ini dapat terjadi oleh karena efektifitas antibiotika yang digunakan membunuh kuman kurang optimal. Pada ayam-ayam yang nampak sembuh dimana kuman masih ada di dalam tubuhnya, akan berperan sebagai " carrier" terhadap ayam lainya. Pada ayam yang nampak parah kebengkaanya pada muka dan kurang juga nafsu minumnya, sebakiknya pengobatanya diinjeksi.

2. Pencegahan
Pencegahan yang paling baik dilakukan adalah dengan cara melakukan perbaikan praktek manajemen pemeliharaan ayam diantaranya:

  1. Memperbaiki kondisi lingkungan kandang dan menjaga sirkulasi udara dalam kandang.
  2. Menjaga kepadatan ayam dalam kandang.
  3. Meminimalkan akumulasi amonia dalam kandang.
  4. Menjaga litter jangan sampai basah/terlalu lembab.
  5. Hindari pemeliharaan ayam dengan umur beragam.
  6. Lakukan biosekuriti yang ketat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar