Lemahnya praktek manajemen yang sering teramati di lapangan dan tidak optimalnya pelaksanaan program kesehatan seperti :
- Kurang baiknya sistem ventilasi dan sirkulasi udara
- Tingginya pencemaran amonia dalam kandang
- Kondisi litter kandang yang lembab
- Kepadatan ayam yang cukup tinggi dalam kandang
- Pemakaian antibiotika yang tidak tepat dosis
- Program vaksinasi yang kurang tepat aplikasinya
Untuk menjaga kesehatan ayam dari gangguan atau ancaman penyakit Coryza, maka upaya terpadu dan komprehensif untuk pengendalian kuman penyebab Coryza meliputi konsep manajemen lingkungan yang memadai, program sanitasi dan desinfeksi untuk menekan populasi dan keganasan kuman penyebab penyakit coryza serta dipadukan pelaksanaanya dengan konsep perlindungan berupa program kesehatan dan vaksinasi.
Faktor pemicu timbulnya penyakit Coryza
Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu dan penyebab timbulnya penyakit Coryza pada peternakan diantaranya:
1. Faktor lingkungan dan sistem perkandangan
Kandang dengan sistem ventilasi dan sirkulasi udara kurang baik serta suhu dan kelembaban kandang yang kurang memadai, kepadatan ayam yang tinggi dalam kandang, dapat menjadi salah satu pemicu mudahnya ayam terserang penyakit Coryza. Sebagai contoh perkandangan yang kurang mendukung sirkulasi udara diantaranya: jarak antar kandang yang terlalu berdekatan, kandang yang terlalu lebar dan panjang tidak disertai adanya kipas sebagai alat bantu sirkulasi udara dalam kandang.
Sirkulasi udara yang kurang baik dan tingginya kadar amonia, dapat menyebabkan ayam mudah mengalami heat stress, dan amonia yang dihirup oleh ayam dapat mengiritasi dan merusak silia serta mukosa pada saluran pernafasan, dengan demikian ayam akan mudah terinfeksi kuman penyakit yang masuk melalui saluran pernafasan.
2. Faktor sanitasi dan desinfeksi
Kurang optimalnya sanitasi dan desinfeksi dalam lingkungan kandang, menjadi penyebab meningkatnya keganasan dan tingkat kejadian berbagai jenis infeksius,termasuk juga penyakit Coryza di lapangan. Hampir sebagian besar peternak skala menengah ke bawah sering kali mengabaikan praktek sanitasi dan desinfeksi yang baik sebagai cara yang paling utama untuk mencegah dan pengendalian keganasan berbagai agen penyebab penyakit infeksius di lapangan.
Banyak terjadi di lapangan terutama di peternakan ayam komersial, praktek sanitasi dan desinfeksi yang sangat jauh dari memadai. Seperti adanya kotoran yang masih ditumpuk di pinggir kandang yang sudah dibersihkan, jarangnya penyemprotan desinfektan di dalam kandang dan lokasi sekitar kandang serta pemakaian dsinfektan dengan zat aktif yang tidak pernah diganti.
3. Faktor penyakit immunosupresi
Adanya beberapa penyakit tertentu yang dapat merusak sistem immune lokal pada saluran pernafasan dan bersifat immunosupresi, dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit Coryza yang brsifat infeksius dengan manifestasi klinis yang lebih parah. Penyakit yang merusak sistem saluran pernafasan seperti SHS, ILT, Aspergilosis serta CRD sendiri juga dapat merusak sistem pertahanan lokal yang ada dalam saluran pernafasan, sehingga dapat juga digolongkan sebagai penyebab penyakit lokal immunosupresi.
Sering kali dapat ditemukan kagagalan terhadap vaksinasi Coryza di peternakan ayam petelur maupun di breeder,karena ayamnya pernah terserang penyakit pernafasan lain yang bersifat immunosupresi, seperti sebelumnya pernah terserang penyakit SHS atau ILT.
Bila peternak tidak melakukan vaksinasi terhadap kedua agen penyakit tersebut, berpengaruh sangat besar terhadap keberhasilan vaksinasi Coryza.
Penyebab
dan kejadian Coryza di lapangan
Kuman
Haemophilus Paragallinarum dikenal sebagai penyebab penyakit
Coryza/snot. Penyakit Coryza yang menyerang ayam dapat bersifat akut maupun
kronis. Secara umum penyakit Coryza dikenal menyerang ayam yang berumur cukup
dewasa, akan tetapi kenyataan di lapangan kerap kali penyakit Coryza sudah
dapat dijumpai pada ayam yang masih muda, yaitu umur 3 minggu baik broiler
maupun layer. Kejadian Coryza yang menyerang ayam umur muda sering kali terjadi
pada pemeliharaan ayamnya dengan variasi umur beragam, dan kondisi lingkungan
kandang yang kurang mendukung seperti: tingginya pecemaran amonia, kepadatan
ayam yang tinggi, minimnya sirkulasi udara dan banyaknya debu dalam kandang.
Praktek
manajemen lain yang kurang memadai seperti sanitasi dan desinfeksi yang kurang
baik, minimnya upaya pencegahan dengan pemberian antibiotika tertentu untuk
membunuh dan menekan kuman yang ada dalam tubuh ayam.
Kasus
Coryza tingkat kejadianya mulai mengalami peningkatan pada saat perubahan iklim
dari musim kemarau ke musim hujan, dengan tingkat kejadian tertinggi umumnya
terjadi pada periode September sampai Desember. Penyakit Coryza walaupun sudah
ada vaksin yang dipakai di lapangan, akan tetapi kenyataanya masih cukup sulit
pengendalianya. Hal ini terjadi karena faktor-faktor pendukung yang cukup sulit
dihindari dan dihilangkan, sehubungan dengan lemahnya praktek manajemen
peternakan dan adanya perubahan cuaca yang ekstrim.
Kasus
Coryza menyerang ayam mulai umur 3 minggu sampai ayam yang sudah produksi. Pada
ayam yang sudah produksi penyakitnya biasanya lebih bandel dan cukup sulit
penangananya, belu lagi efek yang ditimbulkanya berupa; penurunan produksi
telur sangat signifikan, terutama ayam yang terserang sedang dalam pucak
produksi.
Gejala
klinis yang dapat diamati bila terserang Coryza; pada tahap awal ayam nampak
sering bersin-bersin, mata berair dan radang pada kelopak mata, disertai adanya
eksudat serous yang kental dan berwarna bening. Pada keadaan yang berlanjut
mulai terlihat adanya kebengkaan pada daerah muka bagian bawah disertai adanya
pengerasan dari eksudat yang serous dan kental sebelumnya, dimana eksudat jadi
kental dan mengeras, dan yang sangat khas dari Coryza adalah bau eksudat
yang dihasilkanya sangat busuk. Pada kondisi yang cukup parah, terdengar
suara ngorok halus pada malam hari.
Biasanya
infeksi kuman penyebab Coryza menyebabkan kerusakan pada jaringan saluran
pernafasan bagian atas, dimana sering dapat diamati pada saluran pernafasan
bagian atas berupa peradangan kataralis pada membrana cavum nasi
dan sinus nasalis dan sinus infraorbitalis.
Paling
sering juga ditemukan peradangan pada kelopak mata yang bersifat kataralis
dan oedema subcutan pada daerah muka bagian bawah dan pial.
Pada
Coryza jarang ditemukan adanya peradangan pada paru-paru maupun kantong hawa,
terkecuali kejadianya diperparah oleh infeksi sekunder oleh CRD atau
kolibasilosis.
Penanggulanganya
di lapangan
1.
Pengobatan
Pengobatan
dengan memberi berbagai jenis antibiotika sudah cukup banyak dilakukan oleh
peternak, tetapi sedikit sekali yang memberikan kesembuhan secara tuntas. Ayam
setelah diberi pengobatan selama 4-5 hari nampak sembuh, akan tetapi setelah
beberapa hari atau beberapa minggu pengobatan dihentikan, kejadian Coryza akan
kambuh lagi. Hal ini dapat terjadi oleh karena efektifitas antibiotika yang
digunakan membunuh kuman kurang optimal. Pada ayam-ayam yang nampak sembuh
dimana kuman masih ada di dalam tubuhnya, akan berperan sebagai " carrier"
terhadap ayam lainya. Pada ayam yang nampak parah kebengkaanya pada muka dan
kurang juga nafsu minumnya, sebakiknya pengobatanya diinjeksi.
2.
Pencegahan
Pencegahan
yang paling baik dilakukan adalah dengan cara melakukan perbaikan praktek
manajemen pemeliharaan ayam diantaranya:
- Memperbaiki kondisi lingkungan kandang dan menjaga sirkulasi udara dalam kandang.
- Menjaga kepadatan ayam dalam kandang.
- Meminimalkan akumulasi amonia dalam kandang.
- Menjaga litter jangan sampai basah/terlalu lembab.
- Hindari pemeliharaan ayam dengan umur beragam.
- Lakukan biosekuriti yang ketat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar