Trik-puncak-produksi-tinggi

Minggu, 12 Maret 2017

CARA MENGATASI REAKSI POST-VAKSINASI PADA AYAM

,

 Proses Vaksinasi adalah dengan mamasukkan agen penyakit yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang pembentukan daya tahan atau kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu dan aman tidak menimbulkan penyakit. Reaksi merugikan kadang kita jumpai sebagai akibat dari respon kekebalan dari tubuh ayam. Reaksi yang ditimbulkan dapat berupa reaksi lokal dan umum.

 Reaksi lokal seperti mata berair, bengkak pada daerah muka, ayam menggosokkan mata pada punggungnya, menggeleng-gelengkan kepala atau terjadinya kerusakan jaringan pada daerah bekas injeksi. Gejala umum biasanya terjadi demam dan penurunan produksi.

 Pemberian vaksin killed bacterial dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada bekas injeksi sebagai akibat dari reaksi adjuvant. Pembengkakan pada daerah periorbital sering kita jumpai sebagai akibat pemberian killed vaksin coryza. Encephalitis dan encephalopaty sering kita jumpai sebagai akibat dari reaksi setelah pemberian vaksin ND dengan menunjukkan tanda-tanda yang khas seperti torticolis, tremor, dan paralysis. Reaksi-reaksi ini dapat terlihat pada hari ke dua sampai enam hari setelah pemberian vaksin aktif seperti ND,IB atau IBD.

 Reaksi POST-VAKSIN yang paling utama adalah munculnya penyakit gangguan pernafasan ringan dengan gejala batuk, bersin dan ngorok yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti:

  1. Reaksi vaksin yang terlalu kuat.
  2. Akibat dari pelaksanaan dan waktu yang kurang tepat, telah terjadi infeksi pada ayam yang tidak memiliki kekebalan, reaksi berjalan lambat dan terus-menerus.
  3. Tantangan virus lapangan, vaksin aktif seperti ND, IB akan menimbulkan kekebalan setelah terjadi reaksi pada sistem pernafasan. Tanpa timbulnya reaksi pernafasan tersebut kekebalan tidak akan terbentuk.

 Pada dasarnya seberapa parah reaksi pernafasan terjadi setelah pelaksanaan vaksinasi tergantung pada:
  1. Level zat kebal induk. DOC dengan kekebalan induk rendah reaksi post-vaksin akan semakin jelas, tetapi akan memberikan reaksi yang positif untuk membentuk kekebalan.
  2. Strain vaksin, semakin kuat strain vaksin yang digunakan reaksi yang ditimbulkan akan semakin kuat.
  3. Umur, pada umumnya ayam muda akan menunjukkan reaksi yang lebih kuat.
  4. Dosis vaksin, pemberian dosis yang tinggi reaksi semakin jelas terlihat.
  5. Aplikasi vaksin, vaksin lewat air minum atau tetes mata reaksi yang ditimbulkan lebih lemah dibandingkan dengan cara spray.
  6. Terjadi infeksi E. colli dan mycoplasma gallisepticum.
  7. Kelembaban udara yang terlalu rendah.
  8. Faktor immunosupresi, faktor stress akan memberi reaksi yang lebih hebat.
  9. Level immune yang rendah sebagai akibat jarak vaksin yang terlalu jauh.
  10. Pelaksanaan vaksin yang ceroboh, sehingga ada beberapa ayam yang lolos dan tidak tervaksin.
  11. Pelakasanaan vaksin aktif pada flock dengan banyak umur.
  12. Level ammonia dan debu yang tinggi.
  13. Populasi kandang yang terlalu padat.
  14. Kualitas litter yang jelek.

Untuk menekan reaksi post-vaksin serendah mungkin perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  • Mengetahui lebih dulu level antibody sebelum pelaksanaan vaksinasi.
  • Vaksin aktif dan inaktif hendaknya diberikan secara terpisah.
  • Perlunya pemberian antibiotik bila terjadi infeksi mycoplasma.
  • Vaksin aktif memberikan reaksi post-vaksin lebih rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar